Sabtu, 13 Desember 2008

Fiqih; Najasaat (2/2)

Najis almukhtalafiha / yang berbeda pendapat

1. Anjing.
Pendapat mazhab Abu Hanafi, anjing tidak najis seluruhnya, karena ada hadist yang memperbolehkan orang berburu dengan anjing yang hanya menangkap buruannya saja, buruannya menjadi tidak najis, anjing juga dibolehkan menjadikannya penjaga kebun. Yang najis hanya mulut / air liurnya saja. Berdasarkan hadist, Apabila bejana kalian di jilat oleh anjing hendaklah dicuci 7 kali salah satunya dengan debu.

Menurut imam maliki, tidak najis sedikitpun dari anjing, krn tidak ada dalil di Al-Qur’an, kata imam maliki ttg pencucian 7 kali tidak menunjukkan najisnya anjing tp menguji ketaatan seseorang.

Menurut Imam Syafi’i dan Hanafi, anjing dan babi sama2najis dan apa2 yang lahir dari keduanya adalah najis. Anjing dan babi hukumnya sama najisnya dan termasuk najis berat. Itu waktu anjing memasukakn mulutnya ke gelas disuruh dicuci 7 kali, padahal yang paling mulia dari anggota tubuh adalah mulut, apa lagi anggota tubuh yang lainnya. Rasulullah SAW dulu pernah di undang oleh seseorang didalam sebuah kaum beliau datang, tapi diundang lagi sama satu orang lagi beliau tidak datang. Lalu sahabat bertanya ttg hal tersebut, beliau SAW menjawab ‘aku datang kesana karena di sana g ada anjingnya, sedangkan orang yang satunya di sana ada anjingnya’, sahabat berkata tp di rumah itu ada kucing, kata Rasulullah SAW kucing itu suci. Imam Syafii menafsirkan anjing adalah najis walau oun Rasul tidak mengatakan najis, ttp melihat dari perbandingannya dengan kucing yan dikatakan suci.

Pelajarannya adalah ketika kita diundang kita wajib datang, tp kalo ada maksiatnya maka kita tidak perlu datang. Dan para ulama lebih menguatkan pendapat Imam Syafii. Kalo mau ambil satu mazhab kita jangan mengambil yang mudah2nya saja, tp harus mengambil keseluruhan mazhab.

Tetapi para ulama sepakat bahwa memelihara anjing dalam rumah tidak mendatangkan malaikat Rahmad berdasarkan hadist dari Rasulullah SAW, Memelihara anjing bisa menghilangkan rahmad, karena malaikat Jibril tidak mau masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada gambar2 makhluk hidup dan anjing.

2. Bangkai binatang air, spt ikan dll. Para ulama mengatakan binatang air bangkainya itu tidak najis, berdasarkan hadist riwayat Abu Hurairah ra ketika ada seseorang datang kepada Rasulullah SAW mengatakan ketika dia pergi ke laut, dia hanya memiliki air sedikit yang kalo dipakai wudhu dia tidak bisa minum kalo dipakai minum dia tidak bisa wudhu, kata Rasulullah SAW air alut itu suci termasuk semua yang ada di dalamnya. Para sahabat pernah berperang dan dalam perjalanan di tengah laut dalam keadaan lapar ada ikan besar yang kami makan sebulan baru habis untuk satu pasukan

Kecuali yang berbeda pendapat mengenai anjing laut dan babi laut. Menurut mazhab Imam Maliki tidak najis, tetapi menurut jumhur ulama mengatakan najis sesuai dengan namanya didaratan termasuk singa laut.

3. Binatang yang tidak ada darahnya adalah suci dan tidak najis, walaupun sebagian syafi’iah mengatakan najis, namun ulama2 mengatakan suci. Kecuali berkenaan dengan belatung.. Menurut Imam Syafii belatung semua najis baik yang ada di tempat suci seperti di buah maupun di tempat kotor, kecuali yang tidak bisa dihindarkan. Menurut imam hambili, kalo tumbuhnya di tempat kotor maka najis tp kalo di tempat suci maka dia tidak najis (spt, di apel).

4. Kodok. Menurut imam syafii hukumnya najis, menurut imam maliki tidak najis, tp lebih kuat dikatakan najis. Termasuk juga jenis buaya. Mengharamkan makhluk2 yang menjijikkan, termasuk juga kecoa, cicek dll.

5. Binatang dikatakan bangkai apabila binatang yang mati apa bila dipotong tanpa syar’i (spt. Tanpa menyebut nama Allah), menurut imam Syafii. Atau binatang yang dipotong dengan menggunakan tulang walaupun dengan syar’i. Binatang yang tidak boleh dimakan walau dipotong dengan syar’i tetap menajdi najis

6. Tanduk, cula, gigi, taring, menurut hazhab imam hanafi termasuk suci karena tidak termasuk bangkai krn tidak hidup. Tetapi kebanyakan jumhur ulama mengatakan najis, yaitu segala bagian binatang yang diambil dalam keadaan mati. Menurut imam ahmaad hanbali Kecuali rambutnya, ttp dasar hadisnya dhoif jadi lebih baik tidak diambil. Menurut malikiah rambutnya boleh ttp makruh. Kalo Imam Syafi’i semuanya tidak boleh, yang merupakan pendapat yang lebih berhati-hati dan kuat.

7. Kotoran binatang yang dimakan dagingnya. Menurut Imam Maliki dan Imam Hambali suci, karena aslinya suci. Ttp menurut Imam Syafi’i dan Imam Hanafi najis spt kotoran sapi, kambing, burung dll. Dengan dalil Rasulullah SAW dulu pernah menyuruh mencuci kotoran orang arab waktu buang air kecil di masjid, dan Rasulullah SAW tidak pernah memisahkan antara kotoran manusia maupun kotoran binatang, semua kotoran itu najis. Rasulullah SAW juga pernah melewati sebuah kuburan bersama Ibn Abbas, kata Rasulullah SAW aku mendengar ada dua orang di dalam kuburan in sedang diadzab didalam kubur karena namimah dan yang satu lagi tidak bersih dalam istinja. Pernah Rasulullah SAW waktu berjalan bersama Abdullah bin mas’ud, lalu Rasulullah mau buang air kecil dan minta diambilkan batu, Abdullah bin Mas’ud mencari tiga batu dan memberikanya kepada Rasulullah SAW lalu Rasulullah SAW mengambil dua batu dan membuang yang satu lagi karena itu adalah kotoran unta dan merupakan najis.

8. Mani manusia dan mani binatang. Mani binatang menurut mazhab Imam Maliki dan hanafi najis, ttp menurut imam hanbali, kalo binatang itu boleh dimakan maka suci maninya. Menurut imam syafii semua binatang maninya suci kecuali babi dan anjing dan yang lahir dari padanya.
Berkenaan mani manusia, menurut Imam Maliki dan Imam Hanafi najis, sedang menurut Imam Syafi’i suci ttp di anjurkan untuk dibersihkan, tetapi dengan syarat tidak bercampur dengan mazi.

Demikian pembahasan tentang najis. Mudah-mudahan bisa membantu kita dalam berhati-hati terhadap hal-hal yang najis sehingga menambah kesempurnaan ibadah kita kepada Allah SWT. Amin.

Fiqih; Najasaat (1/2)

Najasaat (najis-najis)


Alhamdulillah....
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SAW. Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Hal-hal yang harus kita lakukan dan hindari dalam kehidupan keseharian kita yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Sebelum masuk ke dalam bab wudhu ada beberapa hal yang harus kita ketahui, seperti didalam kitab fikih Alfikul Islam wa adilatu yang di karang oleh dr. Wahba Zuhaili, dikatakan sebelum memasuki bab wudhu sangat perlu kita faham mengenai najis supaya kita mengerti macam2 najis & bagaimana cara membersihkan najis sebelum kita melakukan wudhu.
Para ulama membagi mengenai bab najas menjadi dua, yaitu najis almutafak / yang disepakati oleh seluruh mazhab dan nasjis almukhtalafiha / yang berbeda pendapat. Kita tidak merubah mazhab kita yaitu Mazhab Syafi’i, Mazhab yang lain sebagai perbandingan kita.

Najis almutafak / yang disepakati

1. Daging babi,
dan seluruh hal2 yang berkaitan dengan babi, baik minyknya, bulu, taring, kuku dll termasuk najis. Jd kalo ada makanan yang mengandung minyak babi akan menjadi haram. Apalagi kalau ada orang yang merokok pakai caling babi. Jangan makan di warung / restoran yang dikatakan orang2 ada menggunakan minyak babi, labih baik makan di tempat lain yang jelas kehalalannya. Dulu Allah SWT pernah mencela orang2 yahudi, yang dilarang kpd mereka daging babi, lalu mereka menggunakan minyaknya untuk makanan dan ketika di tegur mereka mengatakan ini bukan daging babi kan yang di haramkan dagingnya. Akhirnya mereka dilaknat Allah. Jangan coba2 melakukan tipu muslihat kepada Allah dan memutar balikkan serta cari jalan supaya menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Dulu pernah dibahas ttg bulu babi, ada pembahasan seandainya ada orang lulka parah kemudian tidak bisa di jahit kecuali dengan bulu babi maka ada perbedaan pendapat, Pendapat imam Ahmad boleh tapi makruh, tetapi kata beliau kalau aku yang luka lebih baik tidak dijahit. Tapi kalo sekarang sudah banyak penggantinya, ini kan dulu. Jangan dilihat daging babi itu haram karena cacing pitanya, ttp daging babi haram bukan karena ada cacingpitanya, walaupun tidak lagi ada cacing pitanya tidak menjadiaknnya halal. Ada ribuan hikmah yang kita tidak ketahui dari haramnya daging babi salah satunya adalah cacing pitanya.

2. Darah.
Kecuali darah orang yang mati syahid, maka orang mati syahid tidak perlu dimandikan dan dikubur dengan darah dan pakaiannya yang akan menjadi saksi dihadapan Allah atas sahidnya orang tersebut. Ada makanan yang terbuat dari darah itu adalah haram, dan tidak ada mengandung vitamin barang2 yang dikatakan najis. Darah juga yang termasuk bukan dari binatang air (darah ikan termasuk bukan najis) yang lepas dan banyak / mengucur. Darah yang nempel di daging kambing yang dipotong jd tidak termasuk najis karena tidak mengucur. Selain itu semua jenis drah menjadi najis, tersentuh ditubuh kita harus dibersihkan sampai bersih.

3. Kotoran yang keluar dari manusia.
Jadi kalo ada obat-obatan yang memakai barang najis kata para ulama tidak mungkin Allah menjadikan obat dari barang yang najis. Maka kami tidak yakin orang ini sakit dan tidak akan sembuh dengan obat dari barang najis. Yakinlah pasti ada obat dari suatu penyakit dari barang yang tidak najis. Kalo pun demikian mungkin itu karena keterbatasan pengetahuan manusia. Kalo darurat boleh u digunakan.

4. Darah yang busuk (nanah).
Kalau punya bisul lagi sholat lalu bisulnya pecah dan kainnya berlumuran nanah maka harus diganti dulu kainnya baru ulang lagi sholatnya
Air yang kental yang bercampur dengan darah yang keluar dari luka seseorang. Ada juga yang berpendapat kalau banyak maka menjadi najis, tapi kalau sedikit dimaafkan.

5. Mazi & Wadi
Mazi adalah carian putih yang kental keluar setelah syahwat. Hadist riwayat Bukhari dari Ali bin Abithalib, ‘Dulu aku adalah seorang laki2 yang sering madza, aku malu mau tanya sama Nabi SAW, lalu aku panggil sahabat untuk bertanya kepada Rasulullah SAW, lalu Rasulullah berkata hendaklah dia berwudhu / mencucinya lalu ber wudhu.
Wadi adalah keluar setelah buang air atau setelah dalam keadaan cape. Cairan putih yang kental. Harus di bersihkan karena najis. Harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi wudhu dan sholatnya. Mungkin juga ada orang yang wudhu dan sholatnya rajin tapi tidak memperhatiakn wadi dan mazinya sehingga merusak sholat dan wudhunya dan ibadahnya.

6. Daging bangkai hewan yang bukan binatang air yang mempunyai darah banyak.
Kalo nyamuk tidak mempunyai darah yang mengalir maka tidak najis bangkainya. Belalang tidak najis karena tidak mempunyai darah, dulu Rasul & sahabat ketika perang tidak makan kecuali belalang selama 3 bulan.

7. Bagian yang terpisah dari binatang hidup saat dia hidup.
Seperti paha sapi diambil, tp sapinya masih hidup dalam keadaan pincang, maka dagingnya najis. Ini termasuk perlakuan yang dholim. Kata Allah SWT, wahai hamba2ku sesungguhnya Aku telah mengharamkan pada diri-Ku perlakuan dzalim, maka janganlah berlaku dzalim. Kecuali rambut/ bulunya. Oleh karena itu domba yang dipelihara dan diambil wall-nya tidak menjadi najis, tp tidak boleh sampai terambil kulitnya, krn kulitnya menjadi haram.

8. Daging binatang-bingatang yang tidak boleh dimakan. Spt monyet, macan, anjing.

Selasa, 09 Desember 2008

Taubat (2/2)

Penjelasan Hadist

Hadis yang disampaikan Abu Musa ra yaitu, “Sesunggahnya Nabi Muhammad SAW pernah bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT membentangkan tangannya diwaktu malam untuk menerima taubatnya orang yang berbuat dosa di siang hari, setelah ditunggu malam ini ada yang bertaubat, kemudian disiang hari Allah menawarkan lagi kepada kita untuk menerima taubatnya orang-orang yang bermaksiat di malam hari. Hingga timbulnya matahari ditempat yang bukan tempatnya (terbit dari barat/tanda kiamat)”

Jangan diartikan tanngannya Allah seperti tangannya kita, karena tangannya Allah hanya Allah yang tau.

Ini tawaran Allah diberikan dari magrib hingga fajar. Subhanallah... Padahal Allah tidak ada keperluan kepada kita dan tidak ada keuntungan untuk Allah dari taubat kita, kita lah yang membutuhkan taubat. Dalam hadist qudsi dikatakan ‘seandainya dari awal sampai akhir dari bangsa manusia dan jin melakukan kemaksiatan tidak akan mengurangi kerajaan Allah, tp yang rugi adalah diri2 kalian sendiri’. Ini adalah kebaikannya Allah dan kasih sayangnya Allah.

Jika hingga samapai fajar tidak taubat juga, tidak ada perasaan bersalah dan bisa tidur dengan tenang, lalu di pagi hari Allah menawarkan lagi untuk menerima taubat ummatnya. Tawaran ini diberikan dari kita baligh hingga wafat, sehari dua kali... Menunjukkan sayangnya Allah.

Al Imam al qurtubi mengatakan sungguh ini menandakan kasih sayangnya Allah kepada kita, setiap hari diberikan oleh Allah tawaran untuk diterima taubatnya, tetapi terlalu banyak orang yang tidak menanggapi tawaran Allah. Padahal taubat tidak memerlukan biaya dan modal apapun. Dimanapun dan kapanpun kita bisa bertaubat.

Dalam hadist riwayat Abu Hurairah ra (juga diriwayatkan oleh Imam Muslim) Rasulullah SAW bersabda ‘Barang siapa yang bertaubat sebelum terbitnya matahari dari sebelah barat maka diterima taubatnya’. Sekarang-sekarang ini lah waktunya. Saat matahari tebit dari barat, saat itu taubat dan iman kita tidak berarti lagi.

Kemudian dalam hadist yang lain dari Abi Abdurrahman Abdillah ibin Umar ibn Khatab ra, “Allah SWT terus akan selalu menerima taubat seorang hamba selama belum sampai di tenggorokan”. Karena setiap hari Allah menawarkan setiap hambanya untuk bertaubat pada pagi dan malam hari, Allah tidak henti-hentinya menanti hambanya untuk bertaubat. Kalau bukan karena kasih sayangnya Allah kita tidak mungkin bisa masuk ke dalam surga. Karena amalan kita tidak sesuai dengan nikmat yang diberikan Allah kepada kita.

Abu Nuaim Al lasubhani dalam kitab Hidayatul Aulia, meriwayatkan sebuah hadist “Allah tidak akan melihat suatu kaum kecuali akan timbul kasih sayangnya Allah kepada kaum tadi”. Dimana saja Allah melihat sebuah kita, Allah timbul kasih sayang kepada kita. Allah tetep sayang terus kepada kita walaupun kita bermaksiat kepada Allah. Bahkan seandainya Allah melihat ahli neraka Allah pun akan sayang kepada ahli neraka dan mengangkat mereka semua dari neraka, akan tetapi Allah sudah menetapkan untuk tidak melihat ahli neraka.

Masalah taubat, masih banyak hadist yang berbicara tentang taubat yang merupakan tanda kasih sayangnya Allah kepada kita, bahkan ini merupakan kunci untuk mengalahkan iblis. Seandainya tidak ada taubat, maka iblis setiap hari akan tertawa terbahak-bahak karena setiap hari kita tertipu sama iblis bahkan dalam ibadah kita pun dikalahkan oleh iblis. Tetapi dengan adanya senjata istiqfar dan taubat ini maka iblis kalah tidak berdaya. Dikatakan Imam Ahmad dalam kitab musnatil “Iblis itu kan menangis, merengek, manjerit dan memukul-mukul kepalanya ketika melihat ada umat Islam yang bertaubat kepada Allah, iblis berkata ‘Y Allah usahaku sia-sia untuk membujuk orang ini untuk bermaksiat kepadaMu sekian lama, sekian tahun sekarang bertaubat kepadaMu, semua dosa-dosanya diampuni’”

Terlebih lagi ketika kita memasuki bulan Muharram, maka perbanyaklah istiqfar kepada Allah pada hari Ashura. Istiqfar dan taubat adalah hal yang mulia, tetapi ketika dilakukan di tempat yang mulia maka akan bertambah mulianya, terlebih lagi di waktu yang mulia akan bertambah mulia. Al Imam Ibnu Katsir mengatakan “disini banyak sekali hamba-hamba Allah yang diberikan ampunan”. Didalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Al Imam Ali bin Abi Thalib ra, Rasulullah SAW bersabda “di hari asyura itu banyak orang2 yang minta ampun kepada Allah dan diberikan ampunan kepada mereka”. Muharam adalah bulan yang baik sekali untuk meminta ampunan kepada Allah. Nabi Allah Adam as diberi ampunan pada tanggal 10 Muharam. Mari kita bersama-sama menghidupkan bulan Muharam dengan banyak beristiqfar. Bahkan dikatakan Al Imam Ibnu Rajab, orang-orang jahiliah dulu apabilamemasuki bulan Muharram mereka menghentikan kemaksiatan mereka. Kalau kita mengaku telah keluar dari orang yang jahiliah, bagaimana kita masih melakukan maksiat di bulan Muharram. Bani Israil ketika telah melakukan dosa yang banyak dan hendak bertaubat kepada Allah memintakan kepada Nabi Allah Musa as, Nabi Allah Musa as diperintahkan oleh Allah untuk mendekatkan dulu kepada Allah di 10 hari pertama di bulan Muharran dan pada hari yang ke sepuluh barulah Allah memberikan ampunan kepada mereka.

Wallahu’alam bisowab

Taubat (1/2)

Taubat

Kitab Riadhu Sholihin

Hadist 16

Hadis yang disampaikan Abu Musa ra yaitu, “Sesunggahnya Nabi Muhammad SAW pernah bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT membentangkan tangannya diwaktu malam untuk menerima taubatnya orang yang berbuat dosa di siang hari, setelah ditunggu malam ini ada yang bertaubat, kemudian disiang hari Allah menawarkan lagi kepada kita untuk menerima taubatnya orang-orang yang bermaksiat di malam hari. Hingga timbulnya matahari ditempat yang bukan tempatnya (terbit dari barat/tanda kiamat)”

Sekilas tentang perowi hadist, Abu Musa al As’ari

Diriwayatkan oleh Abu Musa al As’ari ra yaitu Abdillah ibnu Qais ibnu Sulaim Abu Musa al As’ari Attamimi ra, ibunya bernama Tobyah bintu Wahab yang meniggal dalam keadaan Islam. Abu musa masuk Islam dalam periode Mekkah sebelum hijrah, al as’ari adalah kobilah dari Yaman yang kata Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadist, akan datang satu kelompok yang hatinya begitu lunak dan mudah tersentuh dengan ke-Islaman bahkan mereka lebih lunak dari kalian (bangsa arab/hijaz), kemudian tidak beberapa lama datanglah kaum as’ari yang di maksudkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika mereka mendekat sebelum masuk kota Madinah, mereka mengucapkan sebuah syair ‘besok kita akan ketemu kekasih kita yaitu Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya’. Dalam satu ayat disebutkan, Nanti Allah akan datangkan suatu kaum yang mereka dicintai dan mencintai Nabi Muhammad SAW yang dimaksudkan adalah kaum as’ari.

Abu musa mempunyai 2 kakak, yaitu Abu Ruhm ra dan Abu Amir ra. Abu Amir ra meninggal ketika diutus oleh Nabi Muhammad SAW setelah perang hunain. Rasulullah mengirim pasukan kecil untuk masuk ke kobilah Jaiz autos, dan beliau adalah salah satu dari pasukan kecil itu. Ketika masuk kobilah tersebut ada perlawanan, Abu Amir ra yang mahir menggunakan pedang tetapi dipanah dari belakang oleh musuh, ketika kakaknya jatuh Abu Musa ra menyusul kemudian menanyakan kenapa engkau sampai terkena panah, apakah karena engkau lengah dalam peperangan, beliau menjawab tidak karena aku dipanah dari belakang. Ketika dilihat dibelakang ada musuh yang siap hendak melarikan diri, lalu Abu Musa ra mengejar orang itu. Lalu ia berkata ’wahai fulan apa kah begini sikap orang arab’ (karena orang arab terkenal dengan keberaniannya), lalu orang itu kembali dan menghadapi Abu Musa ra, terjadi perlawanan hingga orang arab tersebut mati. Setelah itu Abu Musa ra kembali menghampiri kakaknya dan mengatakan bahwa ia telah membunuh orang yang memanah kakaknya itu. Abu Amir ra memerintahkan untuk dicabut panah dari tubuhya, dan ketika dicabut keluar darah dan setelah itu keluar cairan. Beliau berkata kalo begini ajalku sudah dekat (karena lukanya yang sudah sangat parah), lalu beliau mengatakan sampaikan salamku kepada nabi Muhammad SAW.

Subhanallah... Ini menunjukkkan kecintaan sahabat kepada Nabi Muhammad SAW, dalam keadaan demikian tidak mengingat fulan, keluarganya atau ibunya tp beliau mengingat Nabi Muhammad SAW. Artinya aku terluka ini karena aku menjalankan perintahnya Nabi Muhammad SAW. Banyak sahabat yang demikian, bahkan ada sahabat yang diisyaratkan akan masuk syurganya Allah tp sahabat ini tidak terlihat gembira. Ketika ditanya kan kenapa, dia menayakan Ya Rasulullah SAW apakah aku di syurga akan bertemu dengan mu, ketika dikatakan akan bertemu baru sahabat ini tersenyum.

Kemudian Abu Amir ra minta kepada Abu Musa ra untuk mendo’akan agar diberikan ampunan oleh Allah, lalu dia meninggal dunia. Al Imam Nawani mengambil riwayat ini karena Abu Musa ra berhadapan dengan kakaknya yang memintakan ampunan kepada Allah ketika sebelum meninggal. Lalu Abu Musa ra menyampaikan apa yang dipesankan, lalu Nabi Muhammad SAW langsung mengangkat tangannya dan berdo’a dengan khusyu “ya Allah ampunilah dosa Abu Amir” dengan tangan yang tinggi hingga Abu Musa ra berkata beliau bisa melihat putihnya ketiak Nabi Muhammad SAW menunjukkan kekhusukan Rasulullah SAW ketika berdo’a. Setelah itu Abu Musa berkata ‘saya juga minta supaya mendapat ampunan Allah’ saat itu Rasulullah mengangkat tangannya lagi sambil berdo’a “Ya Allah ampunilah kepada Abdullah ibnu Qais dari dosa2nya dan masukkanlah dia ke dalam tempat Mu yang mulia (yaitu syurganya Allah)”. Cukuplah satu hadist ini merupakan keutamaan dan kemuliaan Abu Musa ra yang langsung mendapatkan do’a dari Nabi SAW suapaya diberi ampunan dan dimasukkan kedapam surganya Allah.

Adapun kelebihan yang menyangkut Abu Musa ra adalah beliau orang yang suka sekali melantunkan kalimat-kalimat Allah SWT. Rasulullah SAW ketika malam dan gelap suka mendengerkan suara yang melantunkan kalimat-kalimat Allah yaitu suaranya Abu Musa ra. Suaranya merupakan suara yang merdu, ada satu hadist yang menyebutkan ‘Abu Musa telah diberikan suara/kalimat/nada yang begitu merdu seperti merdunya Nabi Allah Daud as’. Bahkan dalam suatu kejadian Rasulullah pernah mengatakan ‘Wahai Abu Musa seandainya kamu tau apa akibat dari suara kamu ketika membacakan ayat-ayat Allah niscaya kamu tidak akan menghentikan bacaanmu karena malaikat ikut berkumpul mendengarkan’.

Abu Musa di karuniakan sebagian dari merdunya suara Nabi Allah Daud as. Nabi Allah Daud as diberikan suara yang begitu merdu, kata Al Imam ibdu Katsir ra, salah satu mu’jizat Nabi Allah Daud as, ketika membacakan dzabur maka semua manusia, hewan dan jin akan berhenti mendengarkan suara beliau dan tidak sedikit binatang yang lupa makan hingga mati karena menikmati merdunya suara Nabi Allah Daud as. Tapi Nabi Allah Daud as tidak pernah makan dari suaranya atau jabatannya sebagai raja, tp dari hasil tangannya membuat senjata kemudian dijual. Oleh karena itu kata Nabi Muhammad SAW ‘sebaik-baiknya rizki adalah yang dihasilkan dari tangannya’ seperti yang dilakukan oleh Nabi Allah Daud as. Terlebih lagi suara jika digunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Kalo kita lihat sekarang subhanallah, baru diberi nikmat suara sedikit bagus sudah menjual agamanya. Padahal suara itu datangnya dari Allah dan nanti akan dituntut oleh Allah suara yang indah itu digunakan untuk menjadikan orang lain mendekat atau semakin menjauh kepada Allah.

Kebiasaan orang-orang arab itu memberi kiasan kepada seseorang seperti perumpamaan yang di berikan Rasul SAW kepada Abu Musa ra ini. Abu Musa ra juga termasuk ulama sahabat dari segi keilmuan. Al Aswat ibnu Yazid ra pernah mengatakan “Aku tidak pernah melihat dikufah / dibagdad saat itu orang yang lebih alim dari pada Ali bin Abi Thalib dan Abu Musa al as’ari”. Para ulama sepakat bahwa orang yang bisa menentukan hukum dan paling banyak menentukan fatwa yang pertama Ali bin Abi Thalib ra, lalu Umar bin Khatab ra , Abdullah Ibnu Mas’ud ra, Ubay bin kaab ra, Zaith bin Tsabit ra dan Abu Musa al as’ari ra. Seperti yang kita tau Perowi hadist yang paling banyak adalah Abu Hurairah ra, tp beliau tidak mengeluarkan hukum, karena kesepakatan ulama ahlussunnah wal jamaah tidak berarti orang yang paling banyak meriwayatkan hadist belum tentu yang paling alim. Abu Musa ra termsuk ulamanya para sahabat, padahal yang paling bodohnya sahabat dizaman Rasulullah adalah ulamanya ummat apalagi ulamanya para sahabat Rasulullah SAW.

Beliau meninggal pada tahun 42 Hijriah, 31 th setelah meniggalnya Nabi Muhammad SAW.


Kematian: Jangan Pernah Engkau Lupakan!! (2/2)

3. Bersifat Qana’ah

Orang yang banyak mengingat kematian bersifat qana’ah yaitu menerima dengan penuh ikhlas apa yang telah diberikan Allah SWT kepadanya. Berkata Anas bin Malik ra sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda; “Tidak mengingat kematian salah seorang diantara kalian dalam keadaan kesempitan kecuali menjadi luas”

Orang yang bersifat qona’ah hidupnya dinaungi ketenangan dan kemuliaan serta menjadi orang kaya, Ali bin Abi Thalib ra pernah mengatakan; “Sifat qana’ah adalah dasar kekayaan yang sesungguhnya”.

Sebanyak apapun harta yang diperoleh dan dimiliki oleh seseorang tidak akan pernah memuaskannya jika tidak ada sifat qana’ah dalam hatinya.

Rasulullah SAW bersabda; “Seandainya manusia memiliki sebuah wadi yang dipenuhi pihon kurma niscaya dia akan berangan-angan untuk memiliki ylang serupa (satu wadi lagi dan jika sudah memilikinya) nisacaya dia akan berangan-angan untuk memiliki yang serupa dengannya bahkan dia akan berangan-angan untuk memiliki beberapa wadi lagi (begitulah seterusnya) dan (sungguh) tidak akan memenuhi perut manusia kecuali diisi dengan tanah (yaitu mati)” [Faidhul Qadir, Jil. 5, hal 417, Al-Imam Nawawi dalam kitabnya tersebut memberikan kode atau tanda keshahihan hadist ini].

Qana’ah membuat manusia menjadi bersyukur dan mendapatkan ketengan di dalam hidpnya. Jalan terbaik untuk menumbuhkan sifat qana’ah pada diri seseorang adalah dengan banyak mengingat kematian.

Imam Nawawi telah mengungkapkan dalam syairnya tentang pentingnya Qana’ah pada seorang Muslim: “Aku dapati qana’ah adalah dasar kekayaan. Maka aku berjalan dan memegang dengan bayangan qana’ah. Maka aku hidup kaya tanpa dirham. Aku berjalan dihadapan manusia bagaikan seorang raja”.


4. Bersegera Untuk Beramal

Banyak mengingat kematian menimbulkan semangat seseorang untuk banyak beramal demi mencapai kebahagiaan akherat. Berkata Jabir bin Abdullah ra, Rasulullah SAW pernah berkhutbah di hadapan kami dengan mengatakan; “Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah SWT sebelum kalian mati dan bersegeralah kalian melakukan amal sholeh sebelum sibuk dan sambunglah hubungan antara kamu dengan Tuhan kamu dengan banyak mengingat-Nya dan banyak bersedekah di saat sepi dan ramai”.

Raasulullah SAW bersabda; “Setiap orang yang meninggal dunia diantara kalian pasti merasa menysal, para sahabat bertanya; Penyesalan terhadap apa ya Rasul? Nabi Muhammad SAW menjawab: “Apabila si mayyit itu orang baik dia menyesal mengapa tidak lebih banyak beramal dan jika si mayyit itu orang yang tidak baik dia menyesal mengapa dicabut ruhnya padahal dia belum sempat beribadah” [HR. Imam Turmudzi, Kitab Zuhud bab 59 dan Imam Baihaqi, Kitab Az-Zuhud].

Ketergesa-gesaan merupakan hal yang dilarang dalam Agama Islam, dikatakan “ketergesa-gesaan itu datangnya dari setan”, tetapi bila berkaitan dengan amal atau ibadah maka harus disegerakan dan tidak boleh ditunda-tunda.

Allah SWT berfirman; “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa” [QS. Alu Imran, 133], Rasulullah SAW bersabda: “Tidak tergesa-gesa dalam segala urusan itu adalah suatu kebaikan kecuali dalam beramal untuk akherat” [HR. Imam Abu Daud, Imam Hakim, Kitab Al-Mustadrak dan Imam Baihaqi (At-Targhib,4/125)].


Kematian: Jangan Pernah Engkau Lupakan!! (1/2)

Kematian

Jangan Pernah Engkau Lupakan!!


Tidak ada sebuah perintah atau larangan dalam Agama Islam melainkan mengandung manfaat, kebaikan dan keberuntungan baik di dunia atau di akhirat semua kebaikannya itu akan kembali kepada orang yang melakukannya.

Allah SWT berfirman; “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuatjahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri” [Al-Isra’, 7]

Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad mengatakan; “Ketahuilah! Banyak mengingat kematian merupakan perbuatan yang disunnahkan dan dianjurkan, dalam mengingat kematian ada beberapa manfaat dan faedah diantaranya: Pendek angan-angan, bersifat zuhud dalam kehidupan dunia, bersifat qana’ah (menerima) yang sedikit, menimbulkan semangat untuk mencapai akhirat dan mempersiapkan untuk menyambut kematian itu dengan amal-amal sholeh” [Nashaihud Diniyyah Wal Washaya Imaniyyah, hal 43]

Dari perkataan Habib Abdullah ini, maka diketahui bahwa mengingat kematian itu banyak faedahnya, diantaranya:


  1. Pendek Angan-angan

Ketika seseorang banyak mengingat kematian maka hilanglah angan-angan untuk menggapai berbagai kemegahan dunia, Rasulullah SAW bersabda; “Jadilah engkau hidup di dunia seakan-akan menjadi orang asing” [HR. Bukhari, Kitab Ar-Riqaq, no. 6053]. Dalam riwayat lain dikatakan; “Apabila kamu di waktu sore hari janganlah mengangankan pagi hari, dan bila di pagi hari maka janganlah mengangankan sore kari manfaatkan hidupmu untuk kematianmu dan dari kesehatanmu untuk masa sakitmu karena sesungguhnya kamu wahai Abdullah tidak mengetahuai apa namanu pada besok hari” [Ibid].

Selain hadist tersebut, masih banyak hadist lain yang menganjurkan kepada kita untuk menghilangkan panjang angan-angan, Rasulullah SAW bersabda; “Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya tidak terpejam mataku melainkan kau mengira tidak dapat dibuka kembali, tidak kuangkat bejana (gelas) dimulutku kecuali ruh-ku pergi terlebih dahulu, tidak mengunyah sesuap nasi kecuali Allah SWT terlebih dulu mencabut ruh-ku”. Jadikanlah hidupmu di dunia seperti orang asing yang pasti akan kembali ke negara aslinya.

Bagaimana mungkin kita berpanjang angan-angan sementara kematian selalu mengintai, Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada para sahabat bagaimana manusia itu dikelilingi oleh kematian. Beliau mengambil tiga buah batang kayu lalu menancapkan satu tiang di hadapannya, yang lainnya ditancapkan di sisinya dan yang ketiga dilempar jauh, lalu beliau bertanya; tahukah kalian pada apa arti semua ini? Para sahabat mengatakan; Allah SWT dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Nabi bersabda; “Ini (batang yang ditancapkan) adalah ibarat manusia dan yang ini (batang yang ditancapkan disisinya) adalah ajalnya sendangkan yang itu (batang yang dilempar jauh) adalah angan-angan yang ingin digapai manusia tetapi ajal membuyarkan semua angan-angan itu”.

Ajal atau kematian itu selalu mengintai dan terlalu dekat dengan manusia sedang angan-angan itu teramat jauh, lalu mengapa banyak manusia yang lebih memikirkan yang jauh sedang yang dekat di dilipakannya.

Ketika seseorang meniggalkan untuk membaca Al-qur’an walau hanya satu baris saat ini demi untuk membaca Al-Qur’an satu juz esok harinya merupakan salah satu contoh panjang angan-angan, hendaknya seseorang Muslim mensegerakan untuk mengerjakan kebaikan sekecil apapun dan janganlah suka menunda kebaikan.


  1. Bersifat Zuhud

Orang yang banyak mengingar kematian sudah dapat dipastikan dia akan bersifat zuhud tidak rakus dengan kemewahan dunia, dunia baginya hanya sebatas jembatan atau sarana untuk menggapai kebahagiaan dan kehidupan akherat.

Zuhud bukan berarti tidak boleh kaya, tetapi seseorang yang bsesifat zuhud itu kekayaannya tidak masuk ke dalam hati, harta dan kedudukannya naya sampai pada kantung mereka.

Muhammad al-Baqir pernah mengatakan; ‘Seandainya aku diberi Allah SWT kekayaan sebanyak dunia dan seisinya lalu tiba-tiba hilang semuanya dalam sekejap mata, maka aku malu kepada Allah SWT untuk mengeluarkan satu tetes air mataku karena harta yang hilang tersebut”

Orang yang banyak menigngat kematian akan besifat zuhud dan mereka yang zuhud tidak bakhil terhadap apa yang diberikan Allah SWT kepadanya,dia akan murah tangan banyak bersedekah sebelum ajalnya tiba, Rasulullah SWT beersabda; “Seseorang bersedekah saat hidup dan sehatnya sebanyak satu dirham lebih baik baginya daripada bersedekah seratus dirham menjelang ajalnya” [HR. Imam Abu Dawud dan Ibnu Hibban dalam kitabnya As-Shahih dari riwayat Surahbil bin sa’at dari Abu Said al-Khudri ra (At-Targhib, jil. 4 hal.17)].

Dalam hadist lain dikatakan; “Orang yang bersedekah menjelang detik-detik ajalnya bagaikan bersedekah setelah mengalami kenyang” [HR. Imam Abu Daud, Kitab Al-I’taq Bab 15, Imam Turmudzi, Kitab Al-Washaya Bab 7 dari sahabat Abu Darda’ ra].


Orang Pintar: Mereka yang mengingat kematian

Dibalik Musibah Ada Kasih Sayang Allah

Habib Abdurrahman Assegaf


Orang Pintar

Mereka yang mengingat kematian


Banyaknya ayat yang berbicara tentang kematian dan hadist dari Rasulullah SAW yang menganjurkan kita untuk tidak pernah melupakan kematian, bahkan dianggap bodoh bagi mereka yang melupakan kematian dan tergolong orang pintar serta cerdas bagi mereka yang selalu mengingatnya.

Berkata Ubnu Umar ra, seseorang pernah datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya; “Ya Rasul, siapakah orang yang cerdas dan pintar itu?, Nabi Muhammad SAW bersabda “Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian, mereka itu adalah orang yang pintar mereka pergi meniggalkan dunia dengan kemuliaan dan keutamaan akherat” [HR. Ibnu Majah dengan sanad yang baik, Ibnu Abi Duria dan Imam Baihaqi dalam kitab Zuhud, Targhib 4/119]

Anas bin Malik ra mengatakan, ketika Rasulullah SAW melewati sekelompok orang yang sedang tertawa terbahak-bahak, beliau mengatakan kepada mereka; “Perbanyaklah oleh kalian mengingat yang menghilangkan kenikmatan” [HR. Imam Munziri dalam kitabnya Targhib, 118] terusan riwayat ini “Tidak mengingat kematian salah seorang diantara kalian dalam keadaan kesempitan kemudian menjadi luas dan tidak mengingatkan dalam keadaan luas melainkan menjadi sempit”.

Kematian adalah musibah besar yang menimpa seseorang sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an; “Hai orang-orang yang beriman, apa bila salah seorang kamu menghadapi kematian sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah disaksikan oleh dua orang yang adil diantara kamu atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu tertimpa musibah kematian” [Al-Maidah, 160]

Kematian merupakan musibah besar tetapi ketahuilah sungguh saat seseorang lupa terhadap kematiannya merupakan musibah yang lebih besar dari kematian itu sendiri.

Rasulullah SAW tidak bosan-bosannya mengingarkan agar kita tidak melupakan kematian. Karena dengan mengingat kematian seseorang akan lebih dapat menjaga perbuatan, lisan dan hatinya.

Robi’ bin Khaitsam menggali kubur dalam rumahnya dan setiap hari dia tidur di dalamnya demi untuk mengingat kematian, beliau berkata; “Seandainya mengingat kematian berpisah dari hatiku seseaat saja niscaya hatiku akan mengalami kerusakan”.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz biasa mengumpulkan para ulama setiap malam untuk mengingatkan tentang kematian, hari kiamat dan akhirat. Setelah itu mereka semuanya menangis karena memikirkan tentang kematian yang akan mereka hadapi.

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa dengan mengingatkan kematian seseorang akan selalu beramal sholeh dan takut untuk bermaksiat dan sebaliknya dengan melupakan kematian orang mudah untuk melanggar aturan-aturan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Tidak berlebihan kiranya jika kita katakan bahwa, kemaksiatan yang menyebar di atas muka bumi saat ini tidak lain salah satu akibat dari kelalaian manusia untuk mengingat kematian.

Ketika Abdullah bin Idris menghadapi kematiannya, anak-anak putri beliau bersedih hingga tidak dapat menahan tangisnya, mendengar tangisan putri-putrinya itu Abdullah mendekap mereka seraya berkata; “Wahai putri-putriku! Janganlah kalian menangisi kepergian ayahmu ini, sungguh atu telah mempersiapkan untuk menyambut datangnya kematian ini dengan banyak membaca Al-Qur’an bahkan di rumah ini saja aku telah mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak empat ribu kali”


Selasa, 02 Desember 2008

Kebahagiaan yang Hakiki

Kebahagiaan yang Hakiki


Oleh: Al-Habib Abdullah Haddad

Kitab : ‘An-nashaaih ad-diniyah wal washaaya alimaaniyah”

Majalah Akhbar Rabithah edisi kesembilan/Rhamadhan 1429H/Sept 2008


Ketahuilah, bahwa tanda bahagia ialah, manakala Allah SWT memberi taufik kepada hamba-Nya untuk beramal saleh di masa hidup dan memudahkan baginya jalan menuju ketaatan. Akan halnya tanda celaka ialah manakala Allah SWT menyulitkan baginya untuk beramal saleh dan dibukakan pula jalan untuk melakukan kejahatan.

Rasulullah SAW bersabda:

Bekerjalah, sesungguhnya setiap orang itu dimudahkan kepada apa yang ditakdirkan baginya. Jika ia ditakdirkan menjadi ahli surga, maka akan dimudahkan baginya amalan ahli surga, jika ditakdirkan menjadi ahli neraka maka akakndimudahkan baginya amalan ahli neraka

Ketahuilah, bahwa seorang mu’min yang sungguh-sungguh memperhatikan urusan agamanya, yang teguh ilmu dan keyakinannya ialah orang yang memperbaiki amalannya terhadap Allah SWT dan giat menyempurnakannya. Setelah itu baru ia boleh menyandarkan diri kepada Allah SWT dan rahmad-Nya.

Sebagaimana para anbiya, ulama, salaf saleh dan orang-orang yang mengikuti jejak langkahnya, semuanya tidak menggantungkan diri kepada amal ibadah, melainkan mengharapkan rahmat Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda:

Tak seorangpun bisa memasuki surga dengan amalannya”. Para sahabat bertanya, “Sama jugakah engkau, wahai Rasulullah?”. Beliau bersabda, “Begitu pula aku, melainkan Allah memasukkan aku didalam rahmad-Nya”

Sebagai contoh, Rasulullah SAW sendiri amat rajin mengerjakan amal saleh, sehingga kedua tumitnya bengkak karena terlampau banyak sholat waktu malam.

Akan halnya orang yang rajin beramal saleh, kemudian dia bergantung kepada amalannya itu, maka ia adalah seorang yang ‘ujub dengan dirinya, berani dengan Tuhannya. Sebab amalannya tidaklah berarti tanpa rahmat Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nur 21, “.....sekira tidaklah karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dapri perbuatan keji dan munkar itu) selamanya, tetapi Allah memberihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah maha Mendengar lagi maha Mengetahui”.

Karenanya untuk memperoleh kebahagiaan yang hakiki, yaitu dirahmati Allah SWT kita harus memperbaiki amalan dan hanya berharap rahmat dari Allah semata.

Berkata al-Hasan al-Bishri.”sesungguhnya mencita-citakan pengampunan itu telah memperdaya banyak orang sehingga mereka meninggalkan dunia dalm keadaan bangkrut, tidak memiliki bekal amal saleh sama sekali. Beliau menambahkan lagi. “seseungguhnya seorang mu’min itu beribadah seraya takut kepada Allah SWT, sedang seorang munafik membuat kejahatan seraya merasa aman dan tentram. Na’uzubillahi min dzalik.

Selasa, 18 November 2008

X. Penggugur Dosa (2/2)

4. Menunaikan ibadah haji, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang melakukan ibadah haji dan dia tidak berkata-kata yang mengandung keji lagi fasik maka dia kembali seakan-akan baru dilahirkan dari rahim ibunya”.

5. Pergi melaksanakan ibadah Umarah, Rasulullah SAW bersabda, “Ikutilah ibadah Haji dengan Umrah sesungguhnya diantara keduanya pembersih kefakiran dan dosa sebagaimana girinda membersihkan besi dari karatnya”.

6. Memberikan maaf atas hutang seseorang yang mengalami kesulitan. Rasulullah SAW bersabda, “Ada seorang pedagang yang memberikan hutang kepada seseorang, saat orang itu tidak dapat membayar lantaran kesulitan yang dihadapinya maka si pedagang itu mengatakan ‘Wahai anakku, maafkan saja hutang orang itu, semoga dengan memaafkannya Allah SWT akan memberikan maaf kepada kita’, sungguh orang yang seperti ini telah diberi maaf Allah SWT atas segala kesalahannya

7. Mengiringi keburukan dengan kebaikan, sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT di dalam surat (Hud ayat 114) dan seperti yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat Muadz bin Jabal ra; “Bertaqwalah dimana saja kamu berada dna ikuti kesalahan dengan kebaikan niscaya kebaiakn itu menghapus kesalah and an pergaulilah orang dengan budi pekerti yang baik”.

8. Menjawab salam dan berbicara yang baik. Rasul bersabda “Diantara amalan yang dapat menggugurkan dosa dan kesalah andalah menjawab salam dan berbicara yang baik

9. Sabar saat tertimpa musibah. Dikatakan dalam hadits yang shahih, Allah SWT berfirman, “Sungguh jika Aku memberikan ujian kepada hamba-Ku lalu dia tetap menuji-Ku maka tidak terbangun di pagi hari kecuali dosa-dosanya yang telah Aku ampuni”.

10. Menjaga sholat lima waktu, sholat Jum’at dan berpuasa di bulan Rhamadhan. Rasulullah SAW bersabda; “Sholat lima waktu, hari jum’at ke Jum’at dan dari Rhamadhan ke Rhamadhan adalah penghapus dosa selama mereka menjauhi perbuatan dosa”.

Di dalam kitab Fathul Bari, 2/12, Ibnu Hajar al-Asqolani mengatakan, “ Dipahami dari hadist ini, bahwa sholat lima waktu itu dapat menghapuskan dosa dan kesalahan dari sholat yang satu ke sholat yang lainnya selama dia meninggalkan dosa-dosa besar”.

11. Adzan, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang adzan itu diampuni dosanya sepanjang suarannya di dengar orang

12. Sholat tahajjud, Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kalian menjaga sholat malam, sebab itu kebiasaan orang-orang sholeh sebelum kalian dan merupakan amalan yang menambah kedekatan kalian kepada Allah SWT serta penggugur dan penghaus dosa”.

13. Jihad di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Diampuni seluruh kesalahan orang yang berjihad di jalan Allah SWT kecuali hutang”.

Sesungguhnya Allah SWT telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan menberikan surga untuk mereka, mereka berperang pada jalan Allah SWT; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah SWT di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah SWT? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamulakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar” [QS. At-Taubah, 111]

14. Sedekah, ketika seorang Muslim membantu kesulitan yang dialami saudaranya dengan penuh keikhlasan niscaya bantuan itu akan menjadi sebab sihapusnya dosa dan kesalahan. Allah SWT berfirman: “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), Maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengentahui apa yang kamu kerjakan” [QS. Al-Baqarah, 271]

Rasulullah SAW bersabda; “Sedekah itu dapat memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api”.

15. Menegakkan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seseorang yang melakukan perbuatan yang dilarang Allah, kemudian ditegakkan hukum kepadanya kecuali gugur semua dosa-dosanya

16. Menghadiri Majlis Ilmu dan Dzikir. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada satu kaum yang berkumpul menyebut nama Allah SWT dan mereka melakukannya itu ikhlas semata-mata karena Allah, maka terdengar suara dari langait yang mengatakan; bangunlah kalian dan kami sudah mengampuni dosa-dosa kalian serta mengganti keburukan menjadi kebaikan”.

17. Membaca berbagai dzikir dan istighfar. Abdullah bin Mas’ud ra mengatakan, Rasulullah SAW telah bersabda, “Barang siapa yang membaca;


“Aku memohon ampun kepada Allah SWT yang Maha Agung tiada Tuhan kecuali Dia yang Maha Hidup dan Maha Terjaga”

X. Penggugur Dosa (1/2)

Suatu hari, seorang kakek tua yang berusa lebih dari seratus tahun dengan kulitnya yang keriput dan rambutnya yang memutih serta alisnya yang hampir menutupi kedua matanya dengan menggunakan tongkat dia menemui Rasulullah SAW.

Di hadapan Rasul dengan raut wajah yang menunjukkan kesedihan mendalam, dia berkata “Ya Muhammad, aku telah melakukan berbagai maksiat dan jika dosa-dosaku dibagikan kepada penduduk bumi pastilah mereka semua akan mendapatkan bagian, aku merasa tida ada seorangpun di atas muka bumi ini yang berdosa seperti yang telah aku lakukan, aku telah pergi menemui ulama-ulama Yahudi dan menceritakan semua dosaku mereka mengatakan tidak mungkin Tuhan membukakan pintu taubat untukku karena terlalu besar dosa yang saya lakukan. Lalu bagaimana dengan agama yang engkau bawa, apakah mungkin bagi saya untuk bertaubat dan dihapuskan segala dosaku?”

Dengan ringan Rasulullah SAW mengatakan “Semua dosa yang telah engkau lakukan akan bersih dan seakan-akan engaku tidak pernah melakukan dosa sedikitpun” Ketika mendengar perkataan Rasul orangtua yang beragama Yahudi itu terkejut dan sangat gembira, lalu dida berkata “Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan pengampunan dan kemuliaan itu, wahai Muhammad?”

Rasulullah SAW berkata “Cukup engkau mengucapkan dua kalimat Syahadat, dan bertekad bulat untuk meninggalkan berbagai kemaksiatan yang telah engkau lakukan serta berusaha untuk mentaati perintah-perintah Allah SWT”. Mendengar syarat yang sangat mudah ini, orang Yahudi itu langsung mengucapka Dua kalimat Syahadat di hadapan Rasul dan dia berjanji untuk meninggalkan semua kemaksiatan yang telah dilakukan dan akan berusaha untuk selalu mentaati perintah Allah SWT. Lalu orang tua yang sudah menjadi muslim itu pergi meninggalkan Rasululllah SAW.

Setelah beberapa hari kemudian, Rasul mendengar berita bahwa orang tua yang sidah berusia seratus sebelas tahun itu meninggal dunia. Dan saat itu juga Rasul memberitahukan kepada para sahabtnya bahwa orang itu termasuk dari hamba Allah SWT yang mendapatkan surga.
Seluruh ulama sepakat mengatakan bahwa “Orang kefir yang memeluk Islam maka semua dosa yang pernah dilakukannya akan terhapus dan perbuatan baik yang pernah dilakukannya akan mendapatkan pahala, begitu juga sebaliknya amal-ibadah seorang Muslim akan terhapus habis jika dia murtad atau keluar dari Agama Islam”

Allah SWT sangat sayang kepada hambanya, bahkan kasih sayang-Nya melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, dan diantara wujud kasih sayang Allah SWT kepada kita Dia telah menetapkan beberapa amalan yang bila dilakukan akan dapat menggugurkan dosa dan kesalahan sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an dan hadits.

Al Imam Ibnu Hajar al-Asqolani menulis sebuah kitab yang berjudul “Ma’rifatul Khisahl al-Mukaffira hLiddzunub al-Muqaddimah wal Muakkhirah, di dalam kitab ini beliau mengumpulkan ayat dan hadits yang menyebutkan amalan-amalan yang dapat menghapus dosa dan kesalahan.

Di dalam kitab ini, kami coba untuk menuliskan sebagian amalan yang dapat menghapuskan dosa dan kesalahan, bila kita amalkan akan menambah kesempurnaan iman kita dan bagi mereka yang bertaubat akan menambah kesempurnaan taubatnya, diantara amalan yang dapat menghapus dosa itu adalah;

1. Menyempurnakan Wudhu dan berjalan ke Masjid. Rasul mengatakan, “Maukah kalian aku beritahukan amalan yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat? Para sahabat menjawab; ‘Tentu ya Rasul’, lalu Rasulullan SAW bersabda; ‘Menyempurnakan wudhu saat terpeleset melakukan dosa, memperbanyak langkah menuju masjid dan menunggu datangnya waktu sholat setelah sholat

2. Berpuasa di hari Arafah dan Asyura. Rasulullah SAW bersabda; “Puasa di hari Arafah, aku berharap dapat menghapus dosa satu tahun sebelum dan setelahnya, dan berpuasa di hari Asyura dapat menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya”.

3. Menghidupkan malam Rhamadhan, Rasulullah SAW bersabda; “Barangsiapa yang menghidupkan Rhamadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan maka Allah SWT akan memberikan ampunan kepadanya dari apa yang telah lalu”

Senin, 17 November 2008

IX. Bagaimana Aku Bertaubat?

Pada masa dahulu di zaman Bani Israil, ada seorang wanita yang sangat cantik dan dia gunakan kecantikannya itu untuk menarik lelaki hidung belang, setiap sora hari dia duduk di rumahnya dengan pintu terbuka senigga setiap lelaki yang lewat akan meliaht kecantikan dirinya dan bila ada yang menikmati tubuhnya harus membayar beberapa dinar. Hampir setiap lelaki yang tidak memiliki iman saat melihatnya tertarik dan mereka tidak segan-segan utnuk mengeluarkan sebagian isi kantongnya demi dapat berhubungan dengan wanita tersebut.

Suatu hari, seorang ahli ibadah melewati rumahnya dan dia melihat wanita itu sedang tertidur di atas ranjangnya, timbul keinginan di dalam dirinya untuk dapat berhubungan dengan wanita itu, karena tidak memiliki uan gyang jukup maka dia menjual sebagain baju dan harta bendanya setelah terkumpul diapin mendatangi wanita itu di rumahnya. Setelah wanita itu berdandan dan duduk berdua diatas ranjang, tiba-tiba si ahli ibadah itu tersentak dan ingat akan kesalahan apa yang dilakukannya ini tiba-tiba dirinya menggigil dan wajahnya pucat, melihat perubahab yang begitu mendadak in isi wanita meraka ketakutan dan bertanya;

Wanita : Apa yang terjadi pada dirimu?

Ahli Ibadah : Sungguh aku ingat kepada Allah SWT dan takut akibat perbuatan yang akan aku lakukan ini, tolon gizinkan aku untuk keluar dari tempat ini.

Wanita : Sungguh sangat rugi sekali kamu jika keluar dari tempat ini, sebab banyak kaum pria yang berangan-angan untuk mendapatkan kesempatan yang engkau peroleh seperti saat ini.

Ahli ibadah : Tidak, izinkan aku keluar dari tempat ini, dan apa yang telak aku bayarkan kepadamu biarkan semuanya itu aku berikan kepadamu secara Cuma-Cuma.

Wanita : Aku melihat sepertinya engkau tidak pernah melakukan perbuatan seperti yang akan kita lakukan ini sebelumnya, siapa namanu dan dari mana asalmu?

Sambil melangkahkan kakinya ke luar dari rumah si ahli ibadah in memberitahukan nama dan tempat tinggalnya. Di depan rumah wantia itu sang ahli ibadah mengambil tanah dan membaurkan di atas kepalanya sambil terisak-isak menangis seraya berkata “Celakalah aku! Celakalah aku!”. Lalu dia pergi.

Wanita itu mengatakan di dalam dirinya “Lelaki ini baru akan melakukan satu kali dosa saja begitu takutnya kepada Allah SWT, lalu bagaimana dengan diriku, setiap hari aku melakukan dosa ini dan tidak sedikitpun terbesit rasa takut kepada Allah SWT, sungguh celaka sekali diriku!. Semestinya aku yang lebih takut dari pria itu, lalu si wanita ini menangis dan segera bertaubat kepada Allah SWT, digantinya baju dan ditutup rapat rumahnya lalu dia beribadah dengan sungguh-sungguh.

Setelah beberapa waktu berlalu, wanita ini berangkat hendak mencari rumah di ahli ibadah dengan harapan dia dapat menikah dengan orang yang membuatnya menjadi taubat itu, lalumembentuk keluarga dan bersama-sama mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Setelah mencari dengan susah payah, akhirnya dia menemukan rumah si ahli ibadah itu. Ketika diberitahu ada tamu yang mendatanginya si ahli ibadah itupun keluar untuk menemui tamunya, saat berhadapan dengan si ahli ibadah wanita itu membuka penutup wajahnya dan ketika melihat wajah wanita itu sang ahli ibadah teringat lagi dengan perbuatannya pada masa yang lalu tiba-tiba di ahli ibadah berteriak histeris dan langsung meniggal dunia saat itu juga.
Melihat kejadian seperti itu si wanita ini merasa sangat sedih dan ia bertanya “Apakah si ahli ibadah ini mempunyai keluarga laki-laki?”, lalu seseorang mengatakan; “Dia memiliki adik kali-laki yang sangat miskin dan buruk wajahnya”, si wanita itu sedikit lega seraya berkata, “Sungguh aku hendak menikah dengannya kalau dia miskin sungguh apa yang aku miliki dari harta-benda sudah cukup bagiku”, kemudian wanita ini langsung menemui saudara ahli ibadah itu dan memintakan kepada orang itu untuk menikahkannya dan akhirnya mereka menikah dan bersama-sama beribadah kepada Allah SWT.

Langkah pertama untuk bertaubat yaitu langsung meninggalkan perbuatan dosa atau maksiat yang biasa dilakukan, bila tidak mungkin untuk dilakukan sekaligus maka tidak mengapa ditinggalkan secara berangsur-angsur. Lalu tanamkan di dalam hati tekad bulat dan niat yang kuat serta penyesalan atas apa yang telah dilakukannya serta bertekad untuk tidak melakukannyakembali dan menyingkirkan berbagai sarana dan prasarana serta menghindari teman atau lingkungan yang menjadi sebab terjatuh kembali dalam limbah kemaksiatan itu.
Segera berwudhu dengan benar yaitu sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kemudian hendaknya mendirikan sholat dua raka’at.

Rasul mengatakan “Tidak ada seseorang yang melakukan perbuatan soda, lalu dia berwudhu dan mendirikan solat dua raka’at kemudian beristiqhfar atau memohon ampunan kepada Allah SWT melainkan Allah SWT akan memberikan ampunan kepada dirinya, lalu Rasul membacakan Al-Qur’an sirat Ali Imaran ayat ke 133”

Di dalam hadist dikatakan; “Barangsiapa yang berwudhu dengan benar sebagaimana diajarkan oleh Rasul niscaya dosa-dosanya keluar dari tubuhnya sehingga keluar dari bawah kukunya”.

Berusahalan untuk memperbanyak zikir kepada Allah SWT dan selalu berusaha untuk beramal sholeh terutama amal-amal yang dapat menggugurkan dosa dan kesalahan secara khusus.

VIII. Bahaya Dosa

Bila seluruh amal ibadah akan menimbulkan berbagai kebaikan baik di dunia atau di akhirat maka begitu juga kemaksiatan akan menimbulkan berbagai keburukan dalam kehidupan di dunia atau di akhirat.

Teks di dalam Al-Qur’an dan hadist banyak sekali yang menunjukkan akibat-akibat buruk yang ditimbulkan dari kemaksiatan yang dilakukan oleh seseorang, dan diantara keburukan itu antara lain, seperti:

  1. Diharamkan untuk mendapatkan ilmu Agama. Orang yang banyak melakukan kemaksiatan akan dipersulit baginya untuk mendapatkan ilmu agama, entah diberi kesibukan yang luar biasa sehingga tidak ada waktu baginya mempelajari agama atau diberi ilmu tetapi tidak menimbulkan manfaat dalam kehidupannya baik untuk diri, keluarga atau lingkungannya. Imam Sya fi’i pernah mengungkapkan dalam gubahab syair yang tertulis di dalam kitab diwannya; “Aku pernah mengadukan kepada guruku yang bernama Waqi’ tentang buruknya hafalanku, lalu beliau memberikan petunjuk kepadaku untuk meninggalkan kemaksiatan dan memberitakan kepadaku sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada mereka yang bermaksiat”.

  2. Diharamkan ketaatan kepada Allah SWT, Allah SWT akan mempersulit bagi orang itu untuk melaklukan berbagai aktifitas yang mengandung ibadah atau kebaikan.
    Sulit untuk mendapatkan taufik dan hidayah yang bersumber dari Allah SWT, jalan-jalan yang menghantar seseorang untuk menuju pintu hidayah ditutup.
    Menjadi mudah terjatuh dalam perbuatan maksiat dan dosa. Allah SWT tidak memberi benteng kepada orang itu sehingga dia sangat mudah terjerumus dalam lembah kemaksiatan.

  3. Hilangnya sifat malu. Bila sifat malu sudah hilang ada diri seorang Mukmin maka sangat rentan sekali untuk melakukan berbagai kemaksiatan, dikatakan dalam sebuah hadist; “Diantara perkataan yang diucapkan oleh para nabi terbadulu Bila engkau tidak merasa malu maka kerjakan apa yang engaku kehendaki!”, maksudnya ; bila rasa mau sudah hilang pasti orang itu akan melakukan berbagai pelanggaran agama.

  4. Menjadi sebab meniggalnya dalam keadaan Suul Kharimah atau mati yang buruk.

  5. Menimbulkan kegelisahan di dalam hati. Kemaksiatan dan dosa menjadi sebab kegelisahan dalam hati seorang Mukmin, Rasul pernah mengatakan; “Seorang Mukmin bila telah melakukan dosa seakan-akan di atas kepalanya terdapat sebuah batu besar yang akan menimpa dirinya”. Bagaimana mungkin seorang Mukmin dapat tidur nyenyak, makan merasa nikmat duduk dengan tenang bila di atas kepalanya terdapat batu besar yang sewaktu-waktu jatuh menimpa dirinya.

  6. Dihilangkan keberkahan di dalam hidupnya. Apa yang dilakukan tidak menimbulkan kebaikan atau manfaat sehingga apapun yang dikerjakan sepertinya sia-sia belaka, usianya akan berlalu tanmap membawa arti bagi diri dan keluarganya yang ditinggalkan, harta tidak membawa kebahagiaan dan ketenangan tetapi menjadi sumber malapetaka bagi diri dan keluarganya.

  7. Distempel oleh Allah SWT di dalam hatinya kelalaian. Sungguh sangat celaka sekali mereka yang di dalam hatinya telah distempel oleh Allah SWT sebagai orang yang lalai terhadap perintah dan larangan Allah SWT.

  8. Mendapat siksa di akhirat. Terlalu banyak ancaman Allah SWT di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits yang diucapkan Rasul bagi mereka yang bermaksiat dan tidak segera menghentikannya.

Minggu, 16 November 2008

VII. Taubat Pembuka Rizki

Hiasan ulama itu ada enam; Dia sangat bangga bila menyebut nama Allah SWT, merasa hina bila menyebut tentang dirinya, jika melihat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT dia men-tadabburi-nya, bila terlintas dalam benaknya perbuatan maksiat mereka langsung meninggalkannya, jika mengingat maaf Allah SWT dia berbahagia dan mengingat akan dosanya dia segera bertaubat.

Bila kita melihat ayat-ayat di dalam Al-Qur’an dan hadist maka akan didapati begitu banyak hikah dan faedah yang diperoleh bagi mereka yang bertaubat, seperti;

  1. Menghapus dosa. Abdullah bin Mas’ud ra mengatakan, Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang yang bertaubat seperti orang yang tidak pernah melakukan dosa”


  2. Dosa yang pernah dilakukannya berubah menjadi kebaikan, Allah SWT berfirman; “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah SWT dengan kebaikan , dan adalah Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Furqan, 70]


  3. Mensucikan hati. Abu Hurairah ra mengatakan Rasulullah SAW bersabda: “Bila seseorang melakukan suatu perbuatan dosa maka akan tumbuh di dalam hatinya satu titik hitam” lanjutan hadits ini menyebutkan “Jika dia bertaubat dan meminta ampunan maka di bersihkan dari hatinya titik hitam itu namun bila dia mengulanginya maka tumbuh lagi titik hitam yang baru”


  4. Menumbuhkan ketenangan di dalam hati. Allah SWT berfirman “Dan hendaklah kamu meminta ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), nisacaya dia akan memberi kenikmatan yan gbaik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, Maka sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat” [QS. Hud, 3]


  5. Melapangkan rizki, sebagaimana dikatakan oleh Allah SWT; “Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, Nisacaya Dia akan mengirinkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan menggandakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” [QS. Nuh, 10-12]


  6. Menjadi sebab dan sarana untuk menghantar seseorang pada kebahagiaan di dunia dan akherat. “Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun” [QS Maryam, 60]

Ketika seorang mukmin bertaubat dari kesalahan dan kemaksiatan yang pernah dilakukannya maka Allah SWT memberikan kemuliaan kepadanya berupa; kebersihan dari berbagai dosa hingga seakan-akan tidak pernah melakukan dosa sedikitpun, mendapat kecintaan dari Allah SWT, dijaga dari godaan setan dan diberi jaminan dari rasa takut kelak di hari kiamat.

Suatu hari, seseorang mendatangi Rasul dia mengeluhkan dirinya yang telah terlalu banyak melakukan dosa, lalu Nabi memerintahkan kepada orang itu untuk membaca do’a ini sebanyak tiga kali,





Para Pendusta Itu Ada Tiga Puluh Orang

“Dan ingatlah ketika Isa bin Maryam AS berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan datangnya seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad, maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata; Ini adalah sihir yang nyata” [QS. As-Shaf, 6]

Nabi Muhammad SAW merupakan Nabi dan Rasul utusan Allah SWT terakhir yang diutus ke muka bumi dan tidak ada Nabi setelahnya, siapapun dan aliran apapun yang membercayai adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW maka orang atau aliran itu sesat dan jika mereka tidak kembali atau bertaubat maka dihukumi sebagai orang dan aliran yang sesat keluar dari Agama Islam. Allah SWT berfirman “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seprang laki-laki dia antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi, dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu” [QS. Al-Ahzab, 40]

Di dalam ayat ini jelas dinyatakan oleh Allah SWT bahwa Nabi Muhammad SAW itu adalah Nabi dan Rasul terakhir tidak ada Nabi setelahnya, dinyatakan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Tsauban ra, Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya akan ada pada umatku tiga puluh pendusta semuanya mengaku sebagai seorang Nabi, aku adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi setelah aku”

Di dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda; “Di dalam umatku ada para pendusta dan Dajjal mereka berjumlah dua puluh tujuh orang laki-laki dan empat wanita, sungguh aku adalah penutup para nabi dan tidak ada nabi setelah aku”

Dari keterangan hadist-hadist tersebut jelas dikatakan bahwa sepeninggalan Nabi Muhammad SAW akan banyak orang-orang yang mengaku Nabi dan Rasul, bahkan jumlah mereka hingga mencapai tiga puluh orang dan yang terakhir adalah Dajjal.

Ketika menjelaskan riwayat-riwayat tentang akan adanya tiga puluh Nabi palsu sebelum datangnya hari kiamat, para ulama mengatakan “Yang tergolong tiga puluh orang nabi palsu itu adalah mereka yang memiliki pengikut banyak dan menyebar ke beberapa wilayah”.

Saat di satu wilayah ada seseorang yang ‘mengaku nabi’ lalu masyarakat Muslim tidak perduli dan membiarkannya kemudian pengikutnya bertambah dan semakin banyak serta menyebar ke beberapa wilayah maka dia akan menjadi salah satu dari tiga puluh orang yang disebutkan oleh Rasulullah SAW, oleh karena itu gerakan amal ma’ruf nahi munkar kita dapat memperlambat datangnya musibah terutama musibah terbesar yaitu hari kiamat.

Rabu, 12 November 2008

VI. Dosaku Lebih Luas dari Arsnya Allah

Umar bin Khattab ra pernah menemui Rasul dalam keadaan menangis, dan saat ditanya perihal tangisannya itu beliau mengatakan; Anak muda yang berdiri di depan pintu itu membuatku menangis, lalu Rasulullah SAW memerintahkan Umar ra untuk memanggil anak muda itu: “Apa yang menyebabkanmu menangis wakai anak muda?”, pemuda itu menjawab, “Dosa-dosaku yang menyebabkan aku menangis dan sungguh aku takut dengan marahnya Allah SWT”.
Rasul SAW : Apakah engkau mensekutukan Allah SWT?
Pemuda : Tidak
Rasul SAW : Apakah engkau membunuh seseorang?
Pemuda : Tidak
Rasul SAW : Jika demikian halnya, Allah SWT akan mengampuni seluruh dosamu walau sebanyak tujuh langit dan bumi serta sebesar gunung rawasi
Pemuda : Ya Rasul, dosaku lebih besar dari apa yan gtelah engkau sebutkan
Rasul SAW : Apakah dosamu sebesar Kursi-nya Allah SWT?
Pemuda : Dosaku lebih besar
Rasul SAW : Apakah dosamu lebih besar daripada Arsy?
Pemuda : Dosaku lebih besar
Rasul SAW : Lebih besar dosamu atau Tuhanmu?
Pemuda : Tentu Allah SWT lebih besar dari dosa-dosaku
Rasul SAW : Ketahuilah tidak ada yang dapat mengampuni dosa besar kecuali Yang Maha Besar

Setelah ditanya akhirnya pemuda itu memberitakukan perbuatan dosa yang telah dilakukannya, dia memperkosa wanita muda yang telah wafat dan dikubur dengan cara membongkar kuburannya.

Ketika seseorang melakukan berbagai perbuatan maksiat dan dosa lalu dia hendak bertaubat maka segeralah bertaubat kepada Allah SWT dan jangan pernah timbul di dalam hati keraguan sedikitpun tentang luasnya kasih sayang dan Ampunan Allah SWT

Firman Allah SWT: “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh, katakanlah: “Haidh itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhlan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah SWT kepadamu. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” [QS. Al-Baqarah,222]

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah SWT, nisacaya ia mendapati Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. An-Nisa,110]

Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-ku adalah azab yang sangat peduh” [QS. Al-Hijr, 49-50]

Dalam hadist yang dikeluarkan oleh Imam Muslim di dalam kitabnya As-Shahih, no. 31, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT selalu membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima orang-orang yang melakukan dosa di malam hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menyambut nereka yang bertaubat di malam hari hingga terbit matahari”.

Berkata Abdullah bin Mas’ud ra, “Pintu taubat itu selalu terbuka dan tidak akan ditutup hinggal terbitnya matahari dari barat dan bagi mereka yang bertaubat akan selalu diterima taubatnya oleh Allah SWT kecuali tiga; Iblis, Qabil dan orang-orang yang membunuh nabi”.


“Pintu yang terlebar adalah pintu taubat, sebab dia tidak pernah ditutup sepanjang usia manusia masih ada. Bukankah Allah SWT telah mengampuni orang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan atau seratus orang? dan bukankah syurga memiliki delapan pintu semua tertutup kecuali pintu taubah?”

V. Sumpah Setan

Ketika iblis diusir dari syurga dia mengatakan “Demi kemuliaan-Mu aku tidak akan menginggalkan manusia hingga mereka bermaksiat kepada-Mu”; Allah SWT menjawab, “Demi kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menutup pintu taubat-ku hingga nyawa mereka sampai pada tenggorokan”.

Ada beberapa amalan bila dikerjakan akan membantu seseorang terwujudnya taubat nasuha yaitu taubat yang baik dan sempurna, diantara amalan itu, seperti:
  • Hendaknya memperbanyak amal-ibadah, untuk menutupi kekurangan dari apa yang telah ditinggalkannya pada waktu terdahulu; “Dan dirikanlah permbahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat” [QS. Hud, 114].
    Rasul Pernah memberikan pesan kepada Muadz bib Jabal ra, “Wahai Muaz, bertaqwalah kamu kepada Allah SWT dimana saha kamu berada dan ikutilah perbuatan buruk itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan nidcaya kebaikan itu akan menghapus keburukan dan bergaul-lah dengan sesama manusia dengan budi pekerti yang baik”. Didalam kitab Al-Wasiyyah Al-Jami’ah hal.3 dikatakan, “Orang yang pandai itu adalah yang selalu berbuat baik setelah taubatnya sebab kebaikan yang dikerjakan setelau bertaubat dapat menghapus kesalahan yang telah lalu”.
  • Harus ditanamkan dalam hati keyakinan akan buruknya akibat perbuatan maksiat yeng telah dilakukannya, akibat kemaksiatan itu boleh jadi dapat terliaht di dunia sebelum di akhirat. Oleh karena itu hendaknya bersyukur karena dengan hidayah dari Allah SWT kita dapat segera bertaubat.
  • Menyingkir dan menghindari semua benda, tempat, alat atau teman dan lingkungan yang dapat membawa terulangnya kembali kemaksiatan.
  • Hendaknya mencari teman-teman yang sholeh untuk membatu dirinya beribadah kepada Allah SWT dan menghindari teman-teman yang dapat membawa kepada kemaksiatan.
  • Hendaknya banyak membaca ayat dan hadist serta perkataan dari para ulama salaf yang berisikan tentang ancaman dan siksaan bagi mereka yang melakukan maksiat kepada Allah SWT.
  • Tanamkan dalam diri bahwa, terkadang siksa Allah SWT itu turun di waktu yang tidak diduga-duga bahkan dalam waktu yang sangat cepat. Allah SWT berfirman, “Bertaubatlah kalian kepada Allah SWT sebelum datang kepada kalian siksa dan saat itu tidak ada yang membantu”. [QS. Az-Zumar, 54]
  • Banyak berzikir kepada Allah SWT kapan dan di mana saja dalam keadaan apapun. Dzikir menjadi sebab utama pembenteng seseorang dari godaan setan, terutama dzikir-dzikir al-Ma’tsur yang dibaca pada pagi, sore dan malam hari.
  • Melakukan berbagai ibadah yang diperintahkan Allah SWT dan hendaknya mengisi waktunya dengan banyak memanjatkan do’a, dengan harapan mendapatkan rahmat dan sayang Allah SWT.


Rasul bersabda, Allah SWT berfirman, “Wahai hamba-Ku saat kalian mengharap ampunan akan Aku berikan ampunan dan Aku tidak perduli dengan apa yang ada pada dirimu, seandainya engkau membawa dosa sepenuh isi bumi selama tidak mensekutukan-Ku lalu datang kepada-Ku pasti akan Aku berikan ampuan sepenu isi bumi

IV. Aku Menyesal !!!

Diriwayatkan dari Sayyidina Hasan ra, Rasulullah SAW bersabda: “Setiap orang diikuti oleh dua orang malaikat pencatat kebaikan dan keburukan, bila orang itu melakukan keburukan maka setiap malaikat pencatat keburukan hendak mencatatnya dicegah oleh malaikat pencatat kebaikan dengan mengatakan : Biarkan, tunggulah beberapa saat mungkin saja dia bertaubat”. Di dalam riwayat lain dikatakan: “Keburukan orang itu tidak dicatat kecuali sudah melakukannya sebanyak lima kali jika dia beramal sholeh satu kali maka seluruh keburukannya itu dihapus. Mengetahui apa yang ditetapkan Allah SWT ini, syaitan berteriak dengan mengatakan, ‘Kapan aku dapat menguasai manusia jika keadaannya seperti ini?’”

Ada seorang wanita yang datang menemui Abu Hurairah ra dan mengatakan “Wahai Abu Hurairah! Masih adakah ointu taubat bagiku? Ketika ditanya perbuatan maksiat apa yang telah dilakukannya, wanita itu mengatakan “Aku telah melakukan dosa yang sangat besar sebab aku telah berzina, maksiat ini aku lakukan terus-menerus hingga lahirlah seorang bayi, tetapi karena takut diketahui orang maka aku langsung membunuh bayi itu”. Setelah mendengar penuturan wanita ini Abu Hurairah ra langsung menemui Rasul dan mengungkapkan keinginan wanita itu yang hendak bertaubat atas perbuatan maksiatnya, lalu Rasulullah SAW membacakan ayat: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah SWT dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah SWT dengan kebajikan, dan adalah Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Furqan, 67-70]

Para ulama telah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang hendak bertaubat kepada Allah SWT, tentu penetapan ini diambil dari Al-Qur’an dan hadist sebab taubat itu bukan hanya berkaitan dengan lisan saja tetapi juga berkenaan dengan hati dan perbuatan, diantara syarat yang disebutkan oleh para ulama itu adalah:

1. Penyesalan atas apa yang telah dia lakukan. Rasul SAW mengatakan: “Penyesalan itu adalah taubat”.

2. Meninggalkan semua perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Rabiah mengatakan: Sungguh Istigfar kita butuh pada Istigfar yang banyak, Apabila ada seseorang yang mengucapkan Istigfar tetapi di dalam hatinya masih terbesit untuk bermaksiat lagi maka orang itu telah melakukan kedustaan.

3. Bertekad bulat untuk tidak mengulangi perbuatannya itu, taubat seseorang itu dapat terlihat dari empat perkara:
  • Selalu menjaga lisan dari perkataan yang mengandung gibah, dusta dan yang tidak bermanfaat.
  • Hatinya bersih dari kedengkian dan permusuhan terhadap saudaranya kaum Muslimin
  • Selalu berusaha untuk menjauhi orang-orang yang tidak berkelakukan baik
  • Menyesal dengan apa yang telah dilakukan dari berbagai kemaksiatan dan menyiapkan diri untuk menyambut kematian serta bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah SWT.


4. Ikhlas, hendaklah selalu berusaha untuk mengikhlaskan taubatnya dan juga segala amal ibadahnya, jika seseorang meninggalkan perbuatan maksiat didasari dengan keikhlasan pasti Allah SWT akan menggantinya dengan yang lebih baik, seperti; ketika seseorang menginggalkan berjualan minuman keras pasti Allah SWT akan memberikan rizki dari jalan yang lebih baik. Rasulullah SAW mengatakan: “Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah SWT maka Allah SWT akan menggantikannya denga yang lebih baik dari apa yang ditinggalkannya”


5. Bila dosa yang telah kita lakukan berkaitan dengan manusia maka selain memenuhi syarat yang disebutkan di atas juga harus meminta maaf kepada oran gyang pernah kita sakiti dan bisa ada benda milik orang itu yan gkita ambil maka harus dikembalikan terlebih dahulu kepada yang empunya.


Ketika bertemu dan menghadapi orang yang bertaubat hendaknya kita bersikap dengan memperlihatkan kecintaan sebab Allah SWT telah mencintai mereka dan tidak lupa untuk mendo’akan orang itu agar dikuatkan hatinya dalam ketaatan kepada Allah SWT, jangan pernah menghinanya disebabkan dosa-dosa yang pernah dulakukannya pada masa terdahulu kemudian tidak mengapa untuk memberikan beberapa nasehat agar lebih mantab dalam taubatnya dan terus beristiqamah dalam ketaatan kepada Allah SWT hingga akhir hayatnya.

Orang beriman itu adalah mereka yang cinta dan bencinya karena Allah SWT, maksudnya; ketika seseorang mukmin beramal sholeh maka kita mencintai oran gitu namun bila mereka melakukan kemaksiatan maka kita harus membenci perbuatan orang itu, dan jika dia telah bertaubat dengan meninggalkan kemaksiatannya maka kita harus mencintai orang tersebut. “Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang yang bertaubat dan suka bersuci”


Barangsiapa yang melazimkan untuk membaca istigfar, Allah SWT akan mengeluarkan dari berbagai kesulitan dan memberikan rizki tanpa diduga-duga

Senin, 10 November 2008

III. Tidak ada dosa yang dianggap kecil (2/2)

5. Hentikan segera perbuatan maksiat dan dosa, janganlah kalian terus-menerus melakukannya. Sebab Allah SWT akan memberikan ampunan-Nya kepada mereka yang hendak bertaubat dan tidak meneruskan perbuatan maksiatnya itu. Dikatakan dalam Al-Qur’an : ”Sesungguhnya orang yang melakukan perbuatan keji atau melakukan kedzaliman terhadap diri mereka lalu mereka mengingat Allah SWY dan memohon ampunan terhadap dosa-dosanya, lalu siapakah yan gmemberi ampunan kecuali Allah SWT, selama mereka tidak meneruskan perbuatannya itu sedang mereka mengetahui” (QS. Ali Imran, 135).


Didalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Bakar ra, Rasulullah SAW bersabda, “Bukan termasuk orang yang bermain-main dengan maksiat seandainya dia ber-istiqfar walaupun dalam satu hari dia mengulangi maksiat itu sebanya tujuh puluh kali” Apabila seorang muslim terjatuh dalam lembah kemaksiatan padalah dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak terjerumus dalam perbuatan tersebut lalu beristiqfar maka dia tidak termasuk orang yang bermain-main dalam taubatnya.

6. Jangan engkau mengikuti perbuatan kebanyakan orang bila perbuatan itu mengandung dosa. Kita sebagai orang Muslim hendaknya dapat mengambil sikap dan berani untuk mengatakan ‘Tidak’ pada diri kita atau keluarga dan kerabat bila perbuatan itu mengandung dosa walaupun sudah menjadi kebiasaan dan adat di dalam masyarakat.


7. Janganlah engkau tertipu dengan kenikmatan dunia sehingga melalaikan ibadah kepada Allah SWT. Jangan engkau mengira seseorang itu dalam naungan Allah SWT hanya lantaran rizkinya mengalir padahal dia selalu bermaksiat. Rasulullah SAW bersabda: “Jika engkau melihat Allah SWT memberi kepada seorang hamba dari kenikmatan dunia apa yang dia inginkan sedang dia terus dan tidak meninggalkan perbuatan yang mengandung maksiat maka ketahuilah bahwa dia saat itu sedang mendapat Istidraj”. Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad dikatakan bahwa, “Allah SWT memberikan dunia kepada siapa saja yang Dia kehendaki tetapi hidayah hanya diberikian kepada mereka yang Dia cintai”.


8. Sebesar apapun dosa dan perbuatan maksiat yang pernah engkau lakukan janganlah sekali-kali berputus asa dari rahmat Allah SWT, sungguh rahmat dan pengampunan Allah SWT lebih luas dari seluruh dosa yang pernah engkau lakukan. Allah SWT berfirman: “Katakanlah: ’Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)’” [QS. Az-Zumar:53-54]. “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahwa Sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih” [QS. Al-Hijr, 49-50]

III. Tidak ada dosa yang dianggap kecil (1/2)

Ada seorang raja yang meminta seorang ahli ibadah untuk menemani dirinya di dalam istana, lalu si ahli ibadah beranya kepada sang raja; Wahai raja, apa yang akan engkau lakukan juga suatu saat anda melihat aku bercumbu dengan istri-mu?. Mendengar pertanyaan seperti ini sang raja marah besar seraya berkata; Kurang ajar sekali kamu wahai ahli ibadah! Lancang sekali mulutmu mengucapkan kalimat itu. Mendengar jawaban itu orang ahli ibadah itu pun pergi seraya berkata; Sungguh aku memiliki Tuhan yang sangat Dermawan dan Maha Pemberi maaf yang ridak pernah mengusirku walaupun aku melakukan kesalahan sebanyak tujuh puluh kali dalam satu hari, Dia tidak pernah mengusirku dan tetap memberikan rizki, lalu bagaimana mungkin aku tinggalkan pintu-Nya dan pindah ke pintu seseorang yang marah kepadaku padahal aku belom sempat melakukan kesalahn? Aku tidak dapat bayangkan bagaimana bila aku telah melakukan kesalahan".

  1. Jangan menganggap kecil suatu perbuatan dosa. Sebab dosa-dosa sekecil apapun bila terkumpuk akan menjadi sebab kehancuran seseorang, Rasul bersabda “Hati-hatilah terhadap dosa-dosa yang engkau anggap kecil, umpama orang yang singgah di suatu wadi lalu setiap orang mengumpulkan beberapa batang dahan dan semuanya dikumpulkan menjadi satu maka pastilah akan terkumpul menjadi banyak”
  2. Ada beberapa dosa yang dianggap kecil oleh sebagian orang padahal dosa itu besar dalam pandangan Allah SWT. Oleh sebab itu mudah sekali seseorang mengerjakan perbuatan tersebut sebeb dia melihat banyak orang melakukannya. Berkata Abu Said Al-Khudri ra : “Sungguh kalian melakukan sebuah perbuatna di mata kalian lebih halus daripada sehelai rambut dahulu kami menghitung (perbuatan) itu di masa Rasulullah SAW termasuk yang menghancurkan”
  3. Berhati-hatilah kalian terhadap dosa yang dilakukan secara terang-terangan atau di depan umum. Rasulullah SAW bersabda : “Setiap orang (yang melakukan dosa) diberi maaf kecuali orang-orang yang mekakukannya dengan terang-terangan dan termasuk yang melakukan dengan terang-terangan itu adalah ketika seseorang melakukuan dosa di malam hari lalu di pagi harinya dia ditutupi oleh Allah SWT, maka ia mengatakan kepada orang lain: ‘Wahai fulan, malam tadi aku telah melakukan ini dan itu’, dia membuka penutup Allah SWT yang telah diberikan kepadanya”. Seorang muslim tentu tidak layak dan harus berusaha untuk selalu menghindari berbagai perbuatan maksiat dan dosa, baik yan gdilakukan secara sembunyi-sembunyi terlebih secara terang-terangan.. Salah satu sebab efek negatif perbuatan dosa yang dilakukan secara terang-terangan adalah mendorong orang lain untuk menirunya dan bisa didiamkan terus berjalan selain mendatangkan bencana juga akan menimbulkan anggapan yang meremehkan dosa tersebut. Oleh karen aitu Allah SWT mengecam karas mereka yang bermaksisat secara terang-terangan dan menyebarluakannya. Allah SWT Berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar dikalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah SWT mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nur, 19)
  4. Janganlah mengulur waktu untuk bertaubat. Sebab kalian, tidak mengetahui kapan datangnya kematian, sungguh kematian itu datangnya lebih cepat daripada apa yang kamu bayangkan. Boleh jadi kematian itu datang sedang engkau belum bertaubat, dan hendaklah kalian sadari bahwa taubat itu tidak akan diterima oleh Allah SWT bila nyawa sudah sampai pada tenggorokannya. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada seorang yang melakukan perbuatan dosa lalu dia segera berwudhu dengan wudhu yang baik kemudian mendirikan sholat dua rekaat lalu meminta ampun kepada Allah SWT dari perbuatan dos itu kecuali Allah SWT akan memberikan ampunan kepadanya”

II. Ya Allah, Engkau Hamba-ku, aku Tuhan-mu

Ada seseorang yang mengadakan perjalanan jauh, di tengah gurun padang pasir dia menghentikan perjalanannya untuk beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon, setelah mengikat untanya yang selain berfungsi sebagai kendaraan juga di atasnya terisi penuh dengan makanan dan minuman sebagai perbekalan selama dalam perjalanannya. Ketika terbangun, dia sangat terkejut karena untanya sudah tidak ada dihadapannya setelah dicari beberapa waktu lamanya akhirnya dia berputus asa dan kembali ke bawah pohon untuk bersiap-siap menanti datangnya kematian.

Tidak lama kemudian, dari kejauhan dia melihat ada bayangan yang mendekatinya dan setelah mendekat ternyata unta yang berisikan muatan miliknya itu kembali. Dengan sangat gembira dia melompat dan langsung menghampiri dan memegang untanya itu, karena terlalu gembira ia berkata; “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan Kamu” Kegembiraan yang luar biasa membuatnya terpeleset dalam ucapan syukurnya.

Tetapi ketahuilah bahwa, jika orang itu sangat bergembira atas untanya yang kembali sebagai tumpuan hidupnya, sungguh Allah SWT lebih gembira ketika ada seorang hamba yang berdosa kemabali bertaubat kepada-Nya (HR. Muslim, Kitab AT-Taubah, No.8).

Taubat bila dilihat dari asal ususl katanya (Etimologi) memiliki arti ‘kembali’ sedang menurut pemahaman Agama, Taubat artinya ‘kembali ke jalan yang lurus dan meninggalkan berbagai perbuatan yang menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW’. Sedang Istiqfar adalah kata-kata yang mengandung makna memohon ampunan kepada Allah SWT. Taubat dan Istiqfar memiliki arti dan makna yang sama hanya saja kalimat Taubat banyak digunakan sebagai ungkapan bagi mereka yang kembali ke jalan Allah SWT dengan perbuatan sedang Istiqfar dengan perkataan.

Kaum muslimin dan manusia secara umum tidak akan pernah luput dari perkataan dan perbuatan yang mengandung dosa, sebab tidak ada yang bersifat maksum atau terlindung dari perbuatan salah dan dosa kecuali Malaikat seta para Nabi atau Rasul.
Berbicara tentang taubat maka umat Rasul memiliki keutamaan dibading dengan umat-umat terdahulu, umat terdahulu jika berbuat maksiat atau dosa maka sebagai hukuman atas perbuatannya itu sesuatu yang halal menjadi haram baginya dan secara otomatis tertulis di dinding pintunya kemaksiatan dan bagaimana cara taubatnya sehingga setiap orang dapat melihat aib orang tersebut. Berbeda dengan umatnya Rasulullah SAW banyak perbuatan maksiat mereka yang ditutupi oleh Allah SWT dan cukup bertaubat maka tidak ada yang mengetahui aibnya.

Menyadari adanya sifat salah pada manusia maka Allah SWT menetapkan dalam Agama Islam Syariat bertaubat sebgai sarana penghapus dan penggugur kekuarangn yang dilakukannya. Melihat pentingnya fungsi taubai ini maka tidak mengherankan bila bertaubat itu mejadi satu kewajiban bagi setiap pribadi muslim. Allah SWT mengatakan: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah SWT dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah SWT tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: ‘Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu’”. (QS. At-Tahrim, 8).

Dalam ayat lain dikatakan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kimpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dan jangan suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat,11)

Rasul sendiri mengatakan : “Wahai kaum Muslimin! Bertaubatlah kamu kepada Allah SWT, Sungguh aku bertaubat sebanyak seratus kali dalam satu hari”. Seluruh ulama telah sepakat mengatakan wajibnya bertaubat bagi setiap kaum Muslimin, Al-Imam Al-Qurhubi menuliskan di dalam kitab tafsirnya “Seluruh umat Islam telah sepakat menyatakan taubat itu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim”.

Ibnu Qudama al-Maqdisi mengatakan “Telah terjadi kesepakatan wajibnya bertaubat, sebab dosa-dosa itu menjadi sebab kehancuran dan jauhnya seseorang dari Allah SWT, oleh karena itu wajib bagi seseorang untuk segera bertaubat kepada Allah SWT”.

“Tidak mensegerakan untuk bertaubat setelah berbuat dosa merupakan perbuatan dosa”