Senin, 10 November 2008

II. Ya Allah, Engkau Hamba-ku, aku Tuhan-mu

Ada seseorang yang mengadakan perjalanan jauh, di tengah gurun padang pasir dia menghentikan perjalanannya untuk beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon, setelah mengikat untanya yang selain berfungsi sebagai kendaraan juga di atasnya terisi penuh dengan makanan dan minuman sebagai perbekalan selama dalam perjalanannya. Ketika terbangun, dia sangat terkejut karena untanya sudah tidak ada dihadapannya setelah dicari beberapa waktu lamanya akhirnya dia berputus asa dan kembali ke bawah pohon untuk bersiap-siap menanti datangnya kematian.

Tidak lama kemudian, dari kejauhan dia melihat ada bayangan yang mendekatinya dan setelah mendekat ternyata unta yang berisikan muatan miliknya itu kembali. Dengan sangat gembira dia melompat dan langsung menghampiri dan memegang untanya itu, karena terlalu gembira ia berkata; “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan Kamu” Kegembiraan yang luar biasa membuatnya terpeleset dalam ucapan syukurnya.

Tetapi ketahuilah bahwa, jika orang itu sangat bergembira atas untanya yang kembali sebagai tumpuan hidupnya, sungguh Allah SWT lebih gembira ketika ada seorang hamba yang berdosa kemabali bertaubat kepada-Nya (HR. Muslim, Kitab AT-Taubah, No.8).

Taubat bila dilihat dari asal ususl katanya (Etimologi) memiliki arti ‘kembali’ sedang menurut pemahaman Agama, Taubat artinya ‘kembali ke jalan yang lurus dan meninggalkan berbagai perbuatan yang menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW’. Sedang Istiqfar adalah kata-kata yang mengandung makna memohon ampunan kepada Allah SWT. Taubat dan Istiqfar memiliki arti dan makna yang sama hanya saja kalimat Taubat banyak digunakan sebagai ungkapan bagi mereka yang kembali ke jalan Allah SWT dengan perbuatan sedang Istiqfar dengan perkataan.

Kaum muslimin dan manusia secara umum tidak akan pernah luput dari perkataan dan perbuatan yang mengandung dosa, sebab tidak ada yang bersifat maksum atau terlindung dari perbuatan salah dan dosa kecuali Malaikat seta para Nabi atau Rasul.
Berbicara tentang taubat maka umat Rasul memiliki keutamaan dibading dengan umat-umat terdahulu, umat terdahulu jika berbuat maksiat atau dosa maka sebagai hukuman atas perbuatannya itu sesuatu yang halal menjadi haram baginya dan secara otomatis tertulis di dinding pintunya kemaksiatan dan bagaimana cara taubatnya sehingga setiap orang dapat melihat aib orang tersebut. Berbeda dengan umatnya Rasulullah SAW banyak perbuatan maksiat mereka yang ditutupi oleh Allah SWT dan cukup bertaubat maka tidak ada yang mengetahui aibnya.

Menyadari adanya sifat salah pada manusia maka Allah SWT menetapkan dalam Agama Islam Syariat bertaubat sebgai sarana penghapus dan penggugur kekuarangn yang dilakukannya. Melihat pentingnya fungsi taubai ini maka tidak mengherankan bila bertaubat itu mejadi satu kewajiban bagi setiap pribadi muslim. Allah SWT mengatakan: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah SWT dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah SWT tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: ‘Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu’”. (QS. At-Tahrim, 8).

Dalam ayat lain dikatakan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kimpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dan jangan suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat,11)

Rasul sendiri mengatakan : “Wahai kaum Muslimin! Bertaubatlah kamu kepada Allah SWT, Sungguh aku bertaubat sebanyak seratus kali dalam satu hari”. Seluruh ulama telah sepakat mengatakan wajibnya bertaubat bagi setiap kaum Muslimin, Al-Imam Al-Qurhubi menuliskan di dalam kitab tafsirnya “Seluruh umat Islam telah sepakat menyatakan taubat itu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim”.

Ibnu Qudama al-Maqdisi mengatakan “Telah terjadi kesepakatan wajibnya bertaubat, sebab dosa-dosa itu menjadi sebab kehancuran dan jauhnya seseorang dari Allah SWT, oleh karena itu wajib bagi seseorang untuk segera bertaubat kepada Allah SWT”.

“Tidak mensegerakan untuk bertaubat setelah berbuat dosa merupakan perbuatan dosa”

Tidak ada komentar: