Selasa, 18 November 2008

X. Penggugur Dosa (2/2)

4. Menunaikan ibadah haji, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang melakukan ibadah haji dan dia tidak berkata-kata yang mengandung keji lagi fasik maka dia kembali seakan-akan baru dilahirkan dari rahim ibunya”.

5. Pergi melaksanakan ibadah Umarah, Rasulullah SAW bersabda, “Ikutilah ibadah Haji dengan Umrah sesungguhnya diantara keduanya pembersih kefakiran dan dosa sebagaimana girinda membersihkan besi dari karatnya”.

6. Memberikan maaf atas hutang seseorang yang mengalami kesulitan. Rasulullah SAW bersabda, “Ada seorang pedagang yang memberikan hutang kepada seseorang, saat orang itu tidak dapat membayar lantaran kesulitan yang dihadapinya maka si pedagang itu mengatakan ‘Wahai anakku, maafkan saja hutang orang itu, semoga dengan memaafkannya Allah SWT akan memberikan maaf kepada kita’, sungguh orang yang seperti ini telah diberi maaf Allah SWT atas segala kesalahannya

7. Mengiringi keburukan dengan kebaikan, sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT di dalam surat (Hud ayat 114) dan seperti yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat Muadz bin Jabal ra; “Bertaqwalah dimana saja kamu berada dna ikuti kesalahan dengan kebaikan niscaya kebaiakn itu menghapus kesalah and an pergaulilah orang dengan budi pekerti yang baik”.

8. Menjawab salam dan berbicara yang baik. Rasul bersabda “Diantara amalan yang dapat menggugurkan dosa dan kesalah andalah menjawab salam dan berbicara yang baik

9. Sabar saat tertimpa musibah. Dikatakan dalam hadits yang shahih, Allah SWT berfirman, “Sungguh jika Aku memberikan ujian kepada hamba-Ku lalu dia tetap menuji-Ku maka tidak terbangun di pagi hari kecuali dosa-dosanya yang telah Aku ampuni”.

10. Menjaga sholat lima waktu, sholat Jum’at dan berpuasa di bulan Rhamadhan. Rasulullah SAW bersabda; “Sholat lima waktu, hari jum’at ke Jum’at dan dari Rhamadhan ke Rhamadhan adalah penghapus dosa selama mereka menjauhi perbuatan dosa”.

Di dalam kitab Fathul Bari, 2/12, Ibnu Hajar al-Asqolani mengatakan, “ Dipahami dari hadist ini, bahwa sholat lima waktu itu dapat menghapuskan dosa dan kesalahan dari sholat yang satu ke sholat yang lainnya selama dia meninggalkan dosa-dosa besar”.

11. Adzan, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang adzan itu diampuni dosanya sepanjang suarannya di dengar orang

12. Sholat tahajjud, Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kalian menjaga sholat malam, sebab itu kebiasaan orang-orang sholeh sebelum kalian dan merupakan amalan yang menambah kedekatan kalian kepada Allah SWT serta penggugur dan penghaus dosa”.

13. Jihad di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Diampuni seluruh kesalahan orang yang berjihad di jalan Allah SWT kecuali hutang”.

Sesungguhnya Allah SWT telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan menberikan surga untuk mereka, mereka berperang pada jalan Allah SWT; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah SWT di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah SWT? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamulakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar” [QS. At-Taubah, 111]

14. Sedekah, ketika seorang Muslim membantu kesulitan yang dialami saudaranya dengan penuh keikhlasan niscaya bantuan itu akan menjadi sebab sihapusnya dosa dan kesalahan. Allah SWT berfirman: “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), Maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengentahui apa yang kamu kerjakan” [QS. Al-Baqarah, 271]

Rasulullah SAW bersabda; “Sedekah itu dapat memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api”.

15. Menegakkan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seseorang yang melakukan perbuatan yang dilarang Allah, kemudian ditegakkan hukum kepadanya kecuali gugur semua dosa-dosanya

16. Menghadiri Majlis Ilmu dan Dzikir. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada satu kaum yang berkumpul menyebut nama Allah SWT dan mereka melakukannya itu ikhlas semata-mata karena Allah, maka terdengar suara dari langait yang mengatakan; bangunlah kalian dan kami sudah mengampuni dosa-dosa kalian serta mengganti keburukan menjadi kebaikan”.

17. Membaca berbagai dzikir dan istighfar. Abdullah bin Mas’ud ra mengatakan, Rasulullah SAW telah bersabda, “Barang siapa yang membaca;


“Aku memohon ampun kepada Allah SWT yang Maha Agung tiada Tuhan kecuali Dia yang Maha Hidup dan Maha Terjaga”

X. Penggugur Dosa (1/2)

Suatu hari, seorang kakek tua yang berusa lebih dari seratus tahun dengan kulitnya yang keriput dan rambutnya yang memutih serta alisnya yang hampir menutupi kedua matanya dengan menggunakan tongkat dia menemui Rasulullah SAW.

Di hadapan Rasul dengan raut wajah yang menunjukkan kesedihan mendalam, dia berkata “Ya Muhammad, aku telah melakukan berbagai maksiat dan jika dosa-dosaku dibagikan kepada penduduk bumi pastilah mereka semua akan mendapatkan bagian, aku merasa tida ada seorangpun di atas muka bumi ini yang berdosa seperti yang telah aku lakukan, aku telah pergi menemui ulama-ulama Yahudi dan menceritakan semua dosaku mereka mengatakan tidak mungkin Tuhan membukakan pintu taubat untukku karena terlalu besar dosa yang saya lakukan. Lalu bagaimana dengan agama yang engkau bawa, apakah mungkin bagi saya untuk bertaubat dan dihapuskan segala dosaku?”

Dengan ringan Rasulullah SAW mengatakan “Semua dosa yang telah engkau lakukan akan bersih dan seakan-akan engaku tidak pernah melakukan dosa sedikitpun” Ketika mendengar perkataan Rasul orangtua yang beragama Yahudi itu terkejut dan sangat gembira, lalu dida berkata “Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan pengampunan dan kemuliaan itu, wahai Muhammad?”

Rasulullah SAW berkata “Cukup engkau mengucapkan dua kalimat Syahadat, dan bertekad bulat untuk meninggalkan berbagai kemaksiatan yang telah engkau lakukan serta berusaha untuk mentaati perintah-perintah Allah SWT”. Mendengar syarat yang sangat mudah ini, orang Yahudi itu langsung mengucapka Dua kalimat Syahadat di hadapan Rasul dan dia berjanji untuk meninggalkan semua kemaksiatan yang telah dilakukan dan akan berusaha untuk selalu mentaati perintah Allah SWT. Lalu orang tua yang sudah menjadi muslim itu pergi meninggalkan Rasululllah SAW.

Setelah beberapa hari kemudian, Rasul mendengar berita bahwa orang tua yang sidah berusia seratus sebelas tahun itu meninggal dunia. Dan saat itu juga Rasul memberitahukan kepada para sahabtnya bahwa orang itu termasuk dari hamba Allah SWT yang mendapatkan surga.
Seluruh ulama sepakat mengatakan bahwa “Orang kefir yang memeluk Islam maka semua dosa yang pernah dilakukannya akan terhapus dan perbuatan baik yang pernah dilakukannya akan mendapatkan pahala, begitu juga sebaliknya amal-ibadah seorang Muslim akan terhapus habis jika dia murtad atau keluar dari Agama Islam”

Allah SWT sangat sayang kepada hambanya, bahkan kasih sayang-Nya melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, dan diantara wujud kasih sayang Allah SWT kepada kita Dia telah menetapkan beberapa amalan yang bila dilakukan akan dapat menggugurkan dosa dan kesalahan sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an dan hadits.

Al Imam Ibnu Hajar al-Asqolani menulis sebuah kitab yang berjudul “Ma’rifatul Khisahl al-Mukaffira hLiddzunub al-Muqaddimah wal Muakkhirah, di dalam kitab ini beliau mengumpulkan ayat dan hadits yang menyebutkan amalan-amalan yang dapat menghapus dosa dan kesalahan.

Di dalam kitab ini, kami coba untuk menuliskan sebagian amalan yang dapat menghapuskan dosa dan kesalahan, bila kita amalkan akan menambah kesempurnaan iman kita dan bagi mereka yang bertaubat akan menambah kesempurnaan taubatnya, diantara amalan yang dapat menghapus dosa itu adalah;

1. Menyempurnakan Wudhu dan berjalan ke Masjid. Rasul mengatakan, “Maukah kalian aku beritahukan amalan yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat? Para sahabat menjawab; ‘Tentu ya Rasul’, lalu Rasulullan SAW bersabda; ‘Menyempurnakan wudhu saat terpeleset melakukan dosa, memperbanyak langkah menuju masjid dan menunggu datangnya waktu sholat setelah sholat

2. Berpuasa di hari Arafah dan Asyura. Rasulullah SAW bersabda; “Puasa di hari Arafah, aku berharap dapat menghapus dosa satu tahun sebelum dan setelahnya, dan berpuasa di hari Asyura dapat menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya”.

3. Menghidupkan malam Rhamadhan, Rasulullah SAW bersabda; “Barangsiapa yang menghidupkan Rhamadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan maka Allah SWT akan memberikan ampunan kepadanya dari apa yang telah lalu”

Senin, 17 November 2008

IX. Bagaimana Aku Bertaubat?

Pada masa dahulu di zaman Bani Israil, ada seorang wanita yang sangat cantik dan dia gunakan kecantikannya itu untuk menarik lelaki hidung belang, setiap sora hari dia duduk di rumahnya dengan pintu terbuka senigga setiap lelaki yang lewat akan meliaht kecantikan dirinya dan bila ada yang menikmati tubuhnya harus membayar beberapa dinar. Hampir setiap lelaki yang tidak memiliki iman saat melihatnya tertarik dan mereka tidak segan-segan utnuk mengeluarkan sebagian isi kantongnya demi dapat berhubungan dengan wanita tersebut.

Suatu hari, seorang ahli ibadah melewati rumahnya dan dia melihat wanita itu sedang tertidur di atas ranjangnya, timbul keinginan di dalam dirinya untuk dapat berhubungan dengan wanita itu, karena tidak memiliki uan gyang jukup maka dia menjual sebagain baju dan harta bendanya setelah terkumpul diapin mendatangi wanita itu di rumahnya. Setelah wanita itu berdandan dan duduk berdua diatas ranjang, tiba-tiba si ahli ibadah itu tersentak dan ingat akan kesalahan apa yang dilakukannya ini tiba-tiba dirinya menggigil dan wajahnya pucat, melihat perubahab yang begitu mendadak in isi wanita meraka ketakutan dan bertanya;

Wanita : Apa yang terjadi pada dirimu?

Ahli Ibadah : Sungguh aku ingat kepada Allah SWT dan takut akibat perbuatan yang akan aku lakukan ini, tolon gizinkan aku untuk keluar dari tempat ini.

Wanita : Sungguh sangat rugi sekali kamu jika keluar dari tempat ini, sebab banyak kaum pria yang berangan-angan untuk mendapatkan kesempatan yang engkau peroleh seperti saat ini.

Ahli ibadah : Tidak, izinkan aku keluar dari tempat ini, dan apa yang telak aku bayarkan kepadamu biarkan semuanya itu aku berikan kepadamu secara Cuma-Cuma.

Wanita : Aku melihat sepertinya engkau tidak pernah melakukan perbuatan seperti yang akan kita lakukan ini sebelumnya, siapa namanu dan dari mana asalmu?

Sambil melangkahkan kakinya ke luar dari rumah si ahli ibadah in memberitahukan nama dan tempat tinggalnya. Di depan rumah wantia itu sang ahli ibadah mengambil tanah dan membaurkan di atas kepalanya sambil terisak-isak menangis seraya berkata “Celakalah aku! Celakalah aku!”. Lalu dia pergi.

Wanita itu mengatakan di dalam dirinya “Lelaki ini baru akan melakukan satu kali dosa saja begitu takutnya kepada Allah SWT, lalu bagaimana dengan diriku, setiap hari aku melakukan dosa ini dan tidak sedikitpun terbesit rasa takut kepada Allah SWT, sungguh celaka sekali diriku!. Semestinya aku yang lebih takut dari pria itu, lalu si wanita ini menangis dan segera bertaubat kepada Allah SWT, digantinya baju dan ditutup rapat rumahnya lalu dia beribadah dengan sungguh-sungguh.

Setelah beberapa waktu berlalu, wanita ini berangkat hendak mencari rumah di ahli ibadah dengan harapan dia dapat menikah dengan orang yang membuatnya menjadi taubat itu, lalumembentuk keluarga dan bersama-sama mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Setelah mencari dengan susah payah, akhirnya dia menemukan rumah si ahli ibadah itu. Ketika diberitahu ada tamu yang mendatanginya si ahli ibadah itupun keluar untuk menemui tamunya, saat berhadapan dengan si ahli ibadah wanita itu membuka penutup wajahnya dan ketika melihat wajah wanita itu sang ahli ibadah teringat lagi dengan perbuatannya pada masa yang lalu tiba-tiba di ahli ibadah berteriak histeris dan langsung meniggal dunia saat itu juga.
Melihat kejadian seperti itu si wanita ini merasa sangat sedih dan ia bertanya “Apakah si ahli ibadah ini mempunyai keluarga laki-laki?”, lalu seseorang mengatakan; “Dia memiliki adik kali-laki yang sangat miskin dan buruk wajahnya”, si wanita itu sedikit lega seraya berkata, “Sungguh aku hendak menikah dengannya kalau dia miskin sungguh apa yang aku miliki dari harta-benda sudah cukup bagiku”, kemudian wanita ini langsung menemui saudara ahli ibadah itu dan memintakan kepada orang itu untuk menikahkannya dan akhirnya mereka menikah dan bersama-sama beribadah kepada Allah SWT.

Langkah pertama untuk bertaubat yaitu langsung meninggalkan perbuatan dosa atau maksiat yang biasa dilakukan, bila tidak mungkin untuk dilakukan sekaligus maka tidak mengapa ditinggalkan secara berangsur-angsur. Lalu tanamkan di dalam hati tekad bulat dan niat yang kuat serta penyesalan atas apa yang telah dilakukannya serta bertekad untuk tidak melakukannyakembali dan menyingkirkan berbagai sarana dan prasarana serta menghindari teman atau lingkungan yang menjadi sebab terjatuh kembali dalam limbah kemaksiatan itu.
Segera berwudhu dengan benar yaitu sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kemudian hendaknya mendirikan sholat dua raka’at.

Rasul mengatakan “Tidak ada seseorang yang melakukan perbuatan soda, lalu dia berwudhu dan mendirikan solat dua raka’at kemudian beristiqhfar atau memohon ampunan kepada Allah SWT melainkan Allah SWT akan memberikan ampunan kepada dirinya, lalu Rasul membacakan Al-Qur’an sirat Ali Imaran ayat ke 133”

Di dalam hadist dikatakan; “Barangsiapa yang berwudhu dengan benar sebagaimana diajarkan oleh Rasul niscaya dosa-dosanya keluar dari tubuhnya sehingga keluar dari bawah kukunya”.

Berusahalan untuk memperbanyak zikir kepada Allah SWT dan selalu berusaha untuk beramal sholeh terutama amal-amal yang dapat menggugurkan dosa dan kesalahan secara khusus.

VIII. Bahaya Dosa

Bila seluruh amal ibadah akan menimbulkan berbagai kebaikan baik di dunia atau di akhirat maka begitu juga kemaksiatan akan menimbulkan berbagai keburukan dalam kehidupan di dunia atau di akhirat.

Teks di dalam Al-Qur’an dan hadist banyak sekali yang menunjukkan akibat-akibat buruk yang ditimbulkan dari kemaksiatan yang dilakukan oleh seseorang, dan diantara keburukan itu antara lain, seperti:

  1. Diharamkan untuk mendapatkan ilmu Agama. Orang yang banyak melakukan kemaksiatan akan dipersulit baginya untuk mendapatkan ilmu agama, entah diberi kesibukan yang luar biasa sehingga tidak ada waktu baginya mempelajari agama atau diberi ilmu tetapi tidak menimbulkan manfaat dalam kehidupannya baik untuk diri, keluarga atau lingkungannya. Imam Sya fi’i pernah mengungkapkan dalam gubahab syair yang tertulis di dalam kitab diwannya; “Aku pernah mengadukan kepada guruku yang bernama Waqi’ tentang buruknya hafalanku, lalu beliau memberikan petunjuk kepadaku untuk meninggalkan kemaksiatan dan memberitakan kepadaku sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada mereka yang bermaksiat”.

  2. Diharamkan ketaatan kepada Allah SWT, Allah SWT akan mempersulit bagi orang itu untuk melaklukan berbagai aktifitas yang mengandung ibadah atau kebaikan.
    Sulit untuk mendapatkan taufik dan hidayah yang bersumber dari Allah SWT, jalan-jalan yang menghantar seseorang untuk menuju pintu hidayah ditutup.
    Menjadi mudah terjatuh dalam perbuatan maksiat dan dosa. Allah SWT tidak memberi benteng kepada orang itu sehingga dia sangat mudah terjerumus dalam lembah kemaksiatan.

  3. Hilangnya sifat malu. Bila sifat malu sudah hilang ada diri seorang Mukmin maka sangat rentan sekali untuk melakukan berbagai kemaksiatan, dikatakan dalam sebuah hadist; “Diantara perkataan yang diucapkan oleh para nabi terbadulu Bila engkau tidak merasa malu maka kerjakan apa yang engaku kehendaki!”, maksudnya ; bila rasa mau sudah hilang pasti orang itu akan melakukan berbagai pelanggaran agama.

  4. Menjadi sebab meniggalnya dalam keadaan Suul Kharimah atau mati yang buruk.

  5. Menimbulkan kegelisahan di dalam hati. Kemaksiatan dan dosa menjadi sebab kegelisahan dalam hati seorang Mukmin, Rasul pernah mengatakan; “Seorang Mukmin bila telah melakukan dosa seakan-akan di atas kepalanya terdapat sebuah batu besar yang akan menimpa dirinya”. Bagaimana mungkin seorang Mukmin dapat tidur nyenyak, makan merasa nikmat duduk dengan tenang bila di atas kepalanya terdapat batu besar yang sewaktu-waktu jatuh menimpa dirinya.

  6. Dihilangkan keberkahan di dalam hidupnya. Apa yang dilakukan tidak menimbulkan kebaikan atau manfaat sehingga apapun yang dikerjakan sepertinya sia-sia belaka, usianya akan berlalu tanmap membawa arti bagi diri dan keluarganya yang ditinggalkan, harta tidak membawa kebahagiaan dan ketenangan tetapi menjadi sumber malapetaka bagi diri dan keluarganya.

  7. Distempel oleh Allah SWT di dalam hatinya kelalaian. Sungguh sangat celaka sekali mereka yang di dalam hatinya telah distempel oleh Allah SWT sebagai orang yang lalai terhadap perintah dan larangan Allah SWT.

  8. Mendapat siksa di akhirat. Terlalu banyak ancaman Allah SWT di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits yang diucapkan Rasul bagi mereka yang bermaksiat dan tidak segera menghentikannya.

Minggu, 16 November 2008

VII. Taubat Pembuka Rizki

Hiasan ulama itu ada enam; Dia sangat bangga bila menyebut nama Allah SWT, merasa hina bila menyebut tentang dirinya, jika melihat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT dia men-tadabburi-nya, bila terlintas dalam benaknya perbuatan maksiat mereka langsung meninggalkannya, jika mengingat maaf Allah SWT dia berbahagia dan mengingat akan dosanya dia segera bertaubat.

Bila kita melihat ayat-ayat di dalam Al-Qur’an dan hadist maka akan didapati begitu banyak hikah dan faedah yang diperoleh bagi mereka yang bertaubat, seperti;

  1. Menghapus dosa. Abdullah bin Mas’ud ra mengatakan, Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang yang bertaubat seperti orang yang tidak pernah melakukan dosa”


  2. Dosa yang pernah dilakukannya berubah menjadi kebaikan, Allah SWT berfirman; “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah SWT dengan kebaikan , dan adalah Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Furqan, 70]


  3. Mensucikan hati. Abu Hurairah ra mengatakan Rasulullah SAW bersabda: “Bila seseorang melakukan suatu perbuatan dosa maka akan tumbuh di dalam hatinya satu titik hitam” lanjutan hadits ini menyebutkan “Jika dia bertaubat dan meminta ampunan maka di bersihkan dari hatinya titik hitam itu namun bila dia mengulanginya maka tumbuh lagi titik hitam yang baru”


  4. Menumbuhkan ketenangan di dalam hati. Allah SWT berfirman “Dan hendaklah kamu meminta ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), nisacaya dia akan memberi kenikmatan yan gbaik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, Maka sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat” [QS. Hud, 3]


  5. Melapangkan rizki, sebagaimana dikatakan oleh Allah SWT; “Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, Nisacaya Dia akan mengirinkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan menggandakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” [QS. Nuh, 10-12]


  6. Menjadi sebab dan sarana untuk menghantar seseorang pada kebahagiaan di dunia dan akherat. “Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun” [QS Maryam, 60]

Ketika seorang mukmin bertaubat dari kesalahan dan kemaksiatan yang pernah dilakukannya maka Allah SWT memberikan kemuliaan kepadanya berupa; kebersihan dari berbagai dosa hingga seakan-akan tidak pernah melakukan dosa sedikitpun, mendapat kecintaan dari Allah SWT, dijaga dari godaan setan dan diberi jaminan dari rasa takut kelak di hari kiamat.

Suatu hari, seseorang mendatangi Rasul dia mengeluhkan dirinya yang telah terlalu banyak melakukan dosa, lalu Nabi memerintahkan kepada orang itu untuk membaca do’a ini sebanyak tiga kali,





Para Pendusta Itu Ada Tiga Puluh Orang

“Dan ingatlah ketika Isa bin Maryam AS berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan datangnya seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad, maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata; Ini adalah sihir yang nyata” [QS. As-Shaf, 6]

Nabi Muhammad SAW merupakan Nabi dan Rasul utusan Allah SWT terakhir yang diutus ke muka bumi dan tidak ada Nabi setelahnya, siapapun dan aliran apapun yang membercayai adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW maka orang atau aliran itu sesat dan jika mereka tidak kembali atau bertaubat maka dihukumi sebagai orang dan aliran yang sesat keluar dari Agama Islam. Allah SWT berfirman “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seprang laki-laki dia antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi, dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu” [QS. Al-Ahzab, 40]

Di dalam ayat ini jelas dinyatakan oleh Allah SWT bahwa Nabi Muhammad SAW itu adalah Nabi dan Rasul terakhir tidak ada Nabi setelahnya, dinyatakan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Tsauban ra, Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya akan ada pada umatku tiga puluh pendusta semuanya mengaku sebagai seorang Nabi, aku adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi setelah aku”

Di dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda; “Di dalam umatku ada para pendusta dan Dajjal mereka berjumlah dua puluh tujuh orang laki-laki dan empat wanita, sungguh aku adalah penutup para nabi dan tidak ada nabi setelah aku”

Dari keterangan hadist-hadist tersebut jelas dikatakan bahwa sepeninggalan Nabi Muhammad SAW akan banyak orang-orang yang mengaku Nabi dan Rasul, bahkan jumlah mereka hingga mencapai tiga puluh orang dan yang terakhir adalah Dajjal.

Ketika menjelaskan riwayat-riwayat tentang akan adanya tiga puluh Nabi palsu sebelum datangnya hari kiamat, para ulama mengatakan “Yang tergolong tiga puluh orang nabi palsu itu adalah mereka yang memiliki pengikut banyak dan menyebar ke beberapa wilayah”.

Saat di satu wilayah ada seseorang yang ‘mengaku nabi’ lalu masyarakat Muslim tidak perduli dan membiarkannya kemudian pengikutnya bertambah dan semakin banyak serta menyebar ke beberapa wilayah maka dia akan menjadi salah satu dari tiga puluh orang yang disebutkan oleh Rasulullah SAW, oleh karena itu gerakan amal ma’ruf nahi munkar kita dapat memperlambat datangnya musibah terutama musibah terbesar yaitu hari kiamat.

Rabu, 12 November 2008

VI. Dosaku Lebih Luas dari Arsnya Allah

Umar bin Khattab ra pernah menemui Rasul dalam keadaan menangis, dan saat ditanya perihal tangisannya itu beliau mengatakan; Anak muda yang berdiri di depan pintu itu membuatku menangis, lalu Rasulullah SAW memerintahkan Umar ra untuk memanggil anak muda itu: “Apa yang menyebabkanmu menangis wakai anak muda?”, pemuda itu menjawab, “Dosa-dosaku yang menyebabkan aku menangis dan sungguh aku takut dengan marahnya Allah SWT”.
Rasul SAW : Apakah engkau mensekutukan Allah SWT?
Pemuda : Tidak
Rasul SAW : Apakah engkau membunuh seseorang?
Pemuda : Tidak
Rasul SAW : Jika demikian halnya, Allah SWT akan mengampuni seluruh dosamu walau sebanyak tujuh langit dan bumi serta sebesar gunung rawasi
Pemuda : Ya Rasul, dosaku lebih besar dari apa yan gtelah engkau sebutkan
Rasul SAW : Apakah dosamu sebesar Kursi-nya Allah SWT?
Pemuda : Dosaku lebih besar
Rasul SAW : Apakah dosamu lebih besar daripada Arsy?
Pemuda : Dosaku lebih besar
Rasul SAW : Lebih besar dosamu atau Tuhanmu?
Pemuda : Tentu Allah SWT lebih besar dari dosa-dosaku
Rasul SAW : Ketahuilah tidak ada yang dapat mengampuni dosa besar kecuali Yang Maha Besar

Setelah ditanya akhirnya pemuda itu memberitakukan perbuatan dosa yang telah dilakukannya, dia memperkosa wanita muda yang telah wafat dan dikubur dengan cara membongkar kuburannya.

Ketika seseorang melakukan berbagai perbuatan maksiat dan dosa lalu dia hendak bertaubat maka segeralah bertaubat kepada Allah SWT dan jangan pernah timbul di dalam hati keraguan sedikitpun tentang luasnya kasih sayang dan Ampunan Allah SWT

Firman Allah SWT: “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh, katakanlah: “Haidh itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhlan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah SWT kepadamu. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” [QS. Al-Baqarah,222]

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah SWT, nisacaya ia mendapati Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. An-Nisa,110]

Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-ku adalah azab yang sangat peduh” [QS. Al-Hijr, 49-50]

Dalam hadist yang dikeluarkan oleh Imam Muslim di dalam kitabnya As-Shahih, no. 31, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT selalu membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima orang-orang yang melakukan dosa di malam hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menyambut nereka yang bertaubat di malam hari hingga terbit matahari”.

Berkata Abdullah bin Mas’ud ra, “Pintu taubat itu selalu terbuka dan tidak akan ditutup hinggal terbitnya matahari dari barat dan bagi mereka yang bertaubat akan selalu diterima taubatnya oleh Allah SWT kecuali tiga; Iblis, Qabil dan orang-orang yang membunuh nabi”.


“Pintu yang terlebar adalah pintu taubat, sebab dia tidak pernah ditutup sepanjang usia manusia masih ada. Bukankah Allah SWT telah mengampuni orang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan atau seratus orang? dan bukankah syurga memiliki delapan pintu semua tertutup kecuali pintu taubah?”

V. Sumpah Setan

Ketika iblis diusir dari syurga dia mengatakan “Demi kemuliaan-Mu aku tidak akan menginggalkan manusia hingga mereka bermaksiat kepada-Mu”; Allah SWT menjawab, “Demi kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menutup pintu taubat-ku hingga nyawa mereka sampai pada tenggorokan”.

Ada beberapa amalan bila dikerjakan akan membantu seseorang terwujudnya taubat nasuha yaitu taubat yang baik dan sempurna, diantara amalan itu, seperti:
  • Hendaknya memperbanyak amal-ibadah, untuk menutupi kekurangan dari apa yang telah ditinggalkannya pada waktu terdahulu; “Dan dirikanlah permbahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat” [QS. Hud, 114].
    Rasul Pernah memberikan pesan kepada Muadz bib Jabal ra, “Wahai Muaz, bertaqwalah kamu kepada Allah SWT dimana saha kamu berada dan ikutilah perbuatan buruk itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan nidcaya kebaikan itu akan menghapus keburukan dan bergaul-lah dengan sesama manusia dengan budi pekerti yang baik”. Didalam kitab Al-Wasiyyah Al-Jami’ah hal.3 dikatakan, “Orang yang pandai itu adalah yang selalu berbuat baik setelah taubatnya sebab kebaikan yang dikerjakan setelau bertaubat dapat menghapus kesalahan yang telah lalu”.
  • Harus ditanamkan dalam hati keyakinan akan buruknya akibat perbuatan maksiat yeng telah dilakukannya, akibat kemaksiatan itu boleh jadi dapat terliaht di dunia sebelum di akhirat. Oleh karena itu hendaknya bersyukur karena dengan hidayah dari Allah SWT kita dapat segera bertaubat.
  • Menyingkir dan menghindari semua benda, tempat, alat atau teman dan lingkungan yang dapat membawa terulangnya kembali kemaksiatan.
  • Hendaknya mencari teman-teman yang sholeh untuk membatu dirinya beribadah kepada Allah SWT dan menghindari teman-teman yang dapat membawa kepada kemaksiatan.
  • Hendaknya banyak membaca ayat dan hadist serta perkataan dari para ulama salaf yang berisikan tentang ancaman dan siksaan bagi mereka yang melakukan maksiat kepada Allah SWT.
  • Tanamkan dalam diri bahwa, terkadang siksa Allah SWT itu turun di waktu yang tidak diduga-duga bahkan dalam waktu yang sangat cepat. Allah SWT berfirman, “Bertaubatlah kalian kepada Allah SWT sebelum datang kepada kalian siksa dan saat itu tidak ada yang membantu”. [QS. Az-Zumar, 54]
  • Banyak berzikir kepada Allah SWT kapan dan di mana saja dalam keadaan apapun. Dzikir menjadi sebab utama pembenteng seseorang dari godaan setan, terutama dzikir-dzikir al-Ma’tsur yang dibaca pada pagi, sore dan malam hari.
  • Melakukan berbagai ibadah yang diperintahkan Allah SWT dan hendaknya mengisi waktunya dengan banyak memanjatkan do’a, dengan harapan mendapatkan rahmat dan sayang Allah SWT.


Rasul bersabda, Allah SWT berfirman, “Wahai hamba-Ku saat kalian mengharap ampunan akan Aku berikan ampunan dan Aku tidak perduli dengan apa yang ada pada dirimu, seandainya engkau membawa dosa sepenuh isi bumi selama tidak mensekutukan-Ku lalu datang kepada-Ku pasti akan Aku berikan ampuan sepenu isi bumi

IV. Aku Menyesal !!!

Diriwayatkan dari Sayyidina Hasan ra, Rasulullah SAW bersabda: “Setiap orang diikuti oleh dua orang malaikat pencatat kebaikan dan keburukan, bila orang itu melakukan keburukan maka setiap malaikat pencatat keburukan hendak mencatatnya dicegah oleh malaikat pencatat kebaikan dengan mengatakan : Biarkan, tunggulah beberapa saat mungkin saja dia bertaubat”. Di dalam riwayat lain dikatakan: “Keburukan orang itu tidak dicatat kecuali sudah melakukannya sebanyak lima kali jika dia beramal sholeh satu kali maka seluruh keburukannya itu dihapus. Mengetahui apa yang ditetapkan Allah SWT ini, syaitan berteriak dengan mengatakan, ‘Kapan aku dapat menguasai manusia jika keadaannya seperti ini?’”

Ada seorang wanita yang datang menemui Abu Hurairah ra dan mengatakan “Wahai Abu Hurairah! Masih adakah ointu taubat bagiku? Ketika ditanya perbuatan maksiat apa yang telah dilakukannya, wanita itu mengatakan “Aku telah melakukan dosa yang sangat besar sebab aku telah berzina, maksiat ini aku lakukan terus-menerus hingga lahirlah seorang bayi, tetapi karena takut diketahui orang maka aku langsung membunuh bayi itu”. Setelah mendengar penuturan wanita ini Abu Hurairah ra langsung menemui Rasul dan mengungkapkan keinginan wanita itu yang hendak bertaubat atas perbuatan maksiatnya, lalu Rasulullah SAW membacakan ayat: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah SWT dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah SWT dengan kebajikan, dan adalah Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Furqan, 67-70]

Para ulama telah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang hendak bertaubat kepada Allah SWT, tentu penetapan ini diambil dari Al-Qur’an dan hadist sebab taubat itu bukan hanya berkaitan dengan lisan saja tetapi juga berkenaan dengan hati dan perbuatan, diantara syarat yang disebutkan oleh para ulama itu adalah:

1. Penyesalan atas apa yang telah dia lakukan. Rasul SAW mengatakan: “Penyesalan itu adalah taubat”.

2. Meninggalkan semua perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Rabiah mengatakan: Sungguh Istigfar kita butuh pada Istigfar yang banyak, Apabila ada seseorang yang mengucapkan Istigfar tetapi di dalam hatinya masih terbesit untuk bermaksiat lagi maka orang itu telah melakukan kedustaan.

3. Bertekad bulat untuk tidak mengulangi perbuatannya itu, taubat seseorang itu dapat terlihat dari empat perkara:
  • Selalu menjaga lisan dari perkataan yang mengandung gibah, dusta dan yang tidak bermanfaat.
  • Hatinya bersih dari kedengkian dan permusuhan terhadap saudaranya kaum Muslimin
  • Selalu berusaha untuk menjauhi orang-orang yang tidak berkelakukan baik
  • Menyesal dengan apa yang telah dilakukan dari berbagai kemaksiatan dan menyiapkan diri untuk menyambut kematian serta bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah SWT.


4. Ikhlas, hendaklah selalu berusaha untuk mengikhlaskan taubatnya dan juga segala amal ibadahnya, jika seseorang meninggalkan perbuatan maksiat didasari dengan keikhlasan pasti Allah SWT akan menggantinya dengan yang lebih baik, seperti; ketika seseorang menginggalkan berjualan minuman keras pasti Allah SWT akan memberikan rizki dari jalan yang lebih baik. Rasulullah SAW mengatakan: “Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah SWT maka Allah SWT akan menggantikannya denga yang lebih baik dari apa yang ditinggalkannya”


5. Bila dosa yang telah kita lakukan berkaitan dengan manusia maka selain memenuhi syarat yang disebutkan di atas juga harus meminta maaf kepada oran gyang pernah kita sakiti dan bisa ada benda milik orang itu yan gkita ambil maka harus dikembalikan terlebih dahulu kepada yang empunya.


Ketika bertemu dan menghadapi orang yang bertaubat hendaknya kita bersikap dengan memperlihatkan kecintaan sebab Allah SWT telah mencintai mereka dan tidak lupa untuk mendo’akan orang itu agar dikuatkan hatinya dalam ketaatan kepada Allah SWT, jangan pernah menghinanya disebabkan dosa-dosa yang pernah dulakukannya pada masa terdahulu kemudian tidak mengapa untuk memberikan beberapa nasehat agar lebih mantab dalam taubatnya dan terus beristiqamah dalam ketaatan kepada Allah SWT hingga akhir hayatnya.

Orang beriman itu adalah mereka yang cinta dan bencinya karena Allah SWT, maksudnya; ketika seseorang mukmin beramal sholeh maka kita mencintai oran gitu namun bila mereka melakukan kemaksiatan maka kita harus membenci perbuatan orang itu, dan jika dia telah bertaubat dengan meninggalkan kemaksiatannya maka kita harus mencintai orang tersebut. “Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang yang bertaubat dan suka bersuci”


Barangsiapa yang melazimkan untuk membaca istigfar, Allah SWT akan mengeluarkan dari berbagai kesulitan dan memberikan rizki tanpa diduga-duga

Senin, 10 November 2008

III. Tidak ada dosa yang dianggap kecil (2/2)

5. Hentikan segera perbuatan maksiat dan dosa, janganlah kalian terus-menerus melakukannya. Sebab Allah SWT akan memberikan ampunan-Nya kepada mereka yang hendak bertaubat dan tidak meneruskan perbuatan maksiatnya itu. Dikatakan dalam Al-Qur’an : ”Sesungguhnya orang yang melakukan perbuatan keji atau melakukan kedzaliman terhadap diri mereka lalu mereka mengingat Allah SWY dan memohon ampunan terhadap dosa-dosanya, lalu siapakah yan gmemberi ampunan kecuali Allah SWT, selama mereka tidak meneruskan perbuatannya itu sedang mereka mengetahui” (QS. Ali Imran, 135).


Didalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Bakar ra, Rasulullah SAW bersabda, “Bukan termasuk orang yang bermain-main dengan maksiat seandainya dia ber-istiqfar walaupun dalam satu hari dia mengulangi maksiat itu sebanya tujuh puluh kali” Apabila seorang muslim terjatuh dalam lembah kemaksiatan padalah dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak terjerumus dalam perbuatan tersebut lalu beristiqfar maka dia tidak termasuk orang yang bermain-main dalam taubatnya.

6. Jangan engkau mengikuti perbuatan kebanyakan orang bila perbuatan itu mengandung dosa. Kita sebagai orang Muslim hendaknya dapat mengambil sikap dan berani untuk mengatakan ‘Tidak’ pada diri kita atau keluarga dan kerabat bila perbuatan itu mengandung dosa walaupun sudah menjadi kebiasaan dan adat di dalam masyarakat.


7. Janganlah engkau tertipu dengan kenikmatan dunia sehingga melalaikan ibadah kepada Allah SWT. Jangan engkau mengira seseorang itu dalam naungan Allah SWT hanya lantaran rizkinya mengalir padahal dia selalu bermaksiat. Rasulullah SAW bersabda: “Jika engkau melihat Allah SWT memberi kepada seorang hamba dari kenikmatan dunia apa yang dia inginkan sedang dia terus dan tidak meninggalkan perbuatan yang mengandung maksiat maka ketahuilah bahwa dia saat itu sedang mendapat Istidraj”. Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad dikatakan bahwa, “Allah SWT memberikan dunia kepada siapa saja yang Dia kehendaki tetapi hidayah hanya diberikian kepada mereka yang Dia cintai”.


8. Sebesar apapun dosa dan perbuatan maksiat yang pernah engkau lakukan janganlah sekali-kali berputus asa dari rahmat Allah SWT, sungguh rahmat dan pengampunan Allah SWT lebih luas dari seluruh dosa yang pernah engkau lakukan. Allah SWT berfirman: “Katakanlah: ’Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)’” [QS. Az-Zumar:53-54]. “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahwa Sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih” [QS. Al-Hijr, 49-50]

III. Tidak ada dosa yang dianggap kecil (1/2)

Ada seorang raja yang meminta seorang ahli ibadah untuk menemani dirinya di dalam istana, lalu si ahli ibadah beranya kepada sang raja; Wahai raja, apa yang akan engkau lakukan juga suatu saat anda melihat aku bercumbu dengan istri-mu?. Mendengar pertanyaan seperti ini sang raja marah besar seraya berkata; Kurang ajar sekali kamu wahai ahli ibadah! Lancang sekali mulutmu mengucapkan kalimat itu. Mendengar jawaban itu orang ahli ibadah itu pun pergi seraya berkata; Sungguh aku memiliki Tuhan yang sangat Dermawan dan Maha Pemberi maaf yang ridak pernah mengusirku walaupun aku melakukan kesalahan sebanyak tujuh puluh kali dalam satu hari, Dia tidak pernah mengusirku dan tetap memberikan rizki, lalu bagaimana mungkin aku tinggalkan pintu-Nya dan pindah ke pintu seseorang yang marah kepadaku padahal aku belom sempat melakukan kesalahn? Aku tidak dapat bayangkan bagaimana bila aku telah melakukan kesalahan".

  1. Jangan menganggap kecil suatu perbuatan dosa. Sebab dosa-dosa sekecil apapun bila terkumpuk akan menjadi sebab kehancuran seseorang, Rasul bersabda “Hati-hatilah terhadap dosa-dosa yang engkau anggap kecil, umpama orang yang singgah di suatu wadi lalu setiap orang mengumpulkan beberapa batang dahan dan semuanya dikumpulkan menjadi satu maka pastilah akan terkumpul menjadi banyak”
  2. Ada beberapa dosa yang dianggap kecil oleh sebagian orang padahal dosa itu besar dalam pandangan Allah SWT. Oleh sebab itu mudah sekali seseorang mengerjakan perbuatan tersebut sebeb dia melihat banyak orang melakukannya. Berkata Abu Said Al-Khudri ra : “Sungguh kalian melakukan sebuah perbuatna di mata kalian lebih halus daripada sehelai rambut dahulu kami menghitung (perbuatan) itu di masa Rasulullah SAW termasuk yang menghancurkan”
  3. Berhati-hatilah kalian terhadap dosa yang dilakukan secara terang-terangan atau di depan umum. Rasulullah SAW bersabda : “Setiap orang (yang melakukan dosa) diberi maaf kecuali orang-orang yang mekakukannya dengan terang-terangan dan termasuk yang melakukan dengan terang-terangan itu adalah ketika seseorang melakukuan dosa di malam hari lalu di pagi harinya dia ditutupi oleh Allah SWT, maka ia mengatakan kepada orang lain: ‘Wahai fulan, malam tadi aku telah melakukan ini dan itu’, dia membuka penutup Allah SWT yang telah diberikan kepadanya”. Seorang muslim tentu tidak layak dan harus berusaha untuk selalu menghindari berbagai perbuatan maksiat dan dosa, baik yan gdilakukan secara sembunyi-sembunyi terlebih secara terang-terangan.. Salah satu sebab efek negatif perbuatan dosa yang dilakukan secara terang-terangan adalah mendorong orang lain untuk menirunya dan bisa didiamkan terus berjalan selain mendatangkan bencana juga akan menimbulkan anggapan yang meremehkan dosa tersebut. Oleh karen aitu Allah SWT mengecam karas mereka yang bermaksisat secara terang-terangan dan menyebarluakannya. Allah SWT Berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar dikalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah SWT mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nur, 19)
  4. Janganlah mengulur waktu untuk bertaubat. Sebab kalian, tidak mengetahui kapan datangnya kematian, sungguh kematian itu datangnya lebih cepat daripada apa yang kamu bayangkan. Boleh jadi kematian itu datang sedang engkau belum bertaubat, dan hendaklah kalian sadari bahwa taubat itu tidak akan diterima oleh Allah SWT bila nyawa sudah sampai pada tenggorokannya. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada seorang yang melakukan perbuatan dosa lalu dia segera berwudhu dengan wudhu yang baik kemudian mendirikan sholat dua rekaat lalu meminta ampun kepada Allah SWT dari perbuatan dos itu kecuali Allah SWT akan memberikan ampunan kepadanya”

II. Ya Allah, Engkau Hamba-ku, aku Tuhan-mu

Ada seseorang yang mengadakan perjalanan jauh, di tengah gurun padang pasir dia menghentikan perjalanannya untuk beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon, setelah mengikat untanya yang selain berfungsi sebagai kendaraan juga di atasnya terisi penuh dengan makanan dan minuman sebagai perbekalan selama dalam perjalanannya. Ketika terbangun, dia sangat terkejut karena untanya sudah tidak ada dihadapannya setelah dicari beberapa waktu lamanya akhirnya dia berputus asa dan kembali ke bawah pohon untuk bersiap-siap menanti datangnya kematian.

Tidak lama kemudian, dari kejauhan dia melihat ada bayangan yang mendekatinya dan setelah mendekat ternyata unta yang berisikan muatan miliknya itu kembali. Dengan sangat gembira dia melompat dan langsung menghampiri dan memegang untanya itu, karena terlalu gembira ia berkata; “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan Kamu” Kegembiraan yang luar biasa membuatnya terpeleset dalam ucapan syukurnya.

Tetapi ketahuilah bahwa, jika orang itu sangat bergembira atas untanya yang kembali sebagai tumpuan hidupnya, sungguh Allah SWT lebih gembira ketika ada seorang hamba yang berdosa kemabali bertaubat kepada-Nya (HR. Muslim, Kitab AT-Taubah, No.8).

Taubat bila dilihat dari asal ususl katanya (Etimologi) memiliki arti ‘kembali’ sedang menurut pemahaman Agama, Taubat artinya ‘kembali ke jalan yang lurus dan meninggalkan berbagai perbuatan yang menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW’. Sedang Istiqfar adalah kata-kata yang mengandung makna memohon ampunan kepada Allah SWT. Taubat dan Istiqfar memiliki arti dan makna yang sama hanya saja kalimat Taubat banyak digunakan sebagai ungkapan bagi mereka yang kembali ke jalan Allah SWT dengan perbuatan sedang Istiqfar dengan perkataan.

Kaum muslimin dan manusia secara umum tidak akan pernah luput dari perkataan dan perbuatan yang mengandung dosa, sebab tidak ada yang bersifat maksum atau terlindung dari perbuatan salah dan dosa kecuali Malaikat seta para Nabi atau Rasul.
Berbicara tentang taubat maka umat Rasul memiliki keutamaan dibading dengan umat-umat terdahulu, umat terdahulu jika berbuat maksiat atau dosa maka sebagai hukuman atas perbuatannya itu sesuatu yang halal menjadi haram baginya dan secara otomatis tertulis di dinding pintunya kemaksiatan dan bagaimana cara taubatnya sehingga setiap orang dapat melihat aib orang tersebut. Berbeda dengan umatnya Rasulullah SAW banyak perbuatan maksiat mereka yang ditutupi oleh Allah SWT dan cukup bertaubat maka tidak ada yang mengetahui aibnya.

Menyadari adanya sifat salah pada manusia maka Allah SWT menetapkan dalam Agama Islam Syariat bertaubat sebgai sarana penghapus dan penggugur kekuarangn yang dilakukannya. Melihat pentingnya fungsi taubai ini maka tidak mengherankan bila bertaubat itu mejadi satu kewajiban bagi setiap pribadi muslim. Allah SWT mengatakan: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah SWT dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah SWT tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: ‘Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu’”. (QS. At-Tahrim, 8).

Dalam ayat lain dikatakan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kimpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dan jangan suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat,11)

Rasul sendiri mengatakan : “Wahai kaum Muslimin! Bertaubatlah kamu kepada Allah SWT, Sungguh aku bertaubat sebanyak seratus kali dalam satu hari”. Seluruh ulama telah sepakat mengatakan wajibnya bertaubat bagi setiap kaum Muslimin, Al-Imam Al-Qurhubi menuliskan di dalam kitab tafsirnya “Seluruh umat Islam telah sepakat menyatakan taubat itu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim”.

Ibnu Qudama al-Maqdisi mengatakan “Telah terjadi kesepakatan wajibnya bertaubat, sebab dosa-dosa itu menjadi sebab kehancuran dan jauhnya seseorang dari Allah SWT, oleh karena itu wajib bagi seseorang untuk segera bertaubat kepada Allah SWT”.

“Tidak mensegerakan untuk bertaubat setelah berbuat dosa merupakan perbuatan dosa”

I. Muqadimah - Indahnya Bertaubat

Setelah memuja dan memuji Allah SWT Tuhan Semesta alam dan Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul penutup dari seluruh utusan. Semoga keridhaan Allah SWT selalu terlimpah pada para sahabat, rabi’in dan tabiut-tabiin serta seluruh umatnya yang selalu ber-istiqamah mengikuti sunnah-sunnahnya.

Pada zaman sekarang banyak kita menemui kaum Muslimin yan g menganggap kecil atau enteng perbuatan-perbuatan dosa, bil adiingatkan dengan ringannya mereka mengatakan “Ah, inikan hanya dosa kecil, bukankah Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang?”. Seprang sahabat Rasul yang bernama Abu Said al-Khudri ra mengatakan: “Saai ini kalian mengerjakan perbuatan yang menurut kalian pekerjaan itu merupakan amalan yang lebih kecil dan lebih halus daripada sehelai rambut padahal dahulu kami menganggapnya sebagai perbuatan yang sangat besar dan dapat menjadi penyebab kehancuran”

Bila di generasi Tabi’in yaitu gengerasi setelah sahabat saja sudah terjadi ‘peremehan (menganggap remeh)’ terhadap suatu dosa, lalu bagaimana di masa sekarang? Dari Atsar ini jelas tergambar bagaimana bahaya hidup di masa sekarang, sebab banyak dari kaum Muslimin di sekitar kita yang menganggap kecil dosa dan perbuatan maksiat bahkan tidak sedikit dosa yang terhitung besar-pun diremehkan oleh mereka. Karena adanya sikap ‘meremehkan’ inilah akhirnya kemaksiatan dan perbuatan dosa menyebar luas di masyarakat dan tidak ada usaha untuk menghentikannya. Padahal sikap seperti inilah yang menjadi penyebab murkanya Allah dan turunnya berbagai bencana serta siksa di hari kiamat kelak.

Di mata para ulama salaf tidak ada dosa kecil, semua dosa itu besar sebab mereka memiliki motto ‘Terhadap siapa saya melakukan dosa dan bukan dosa apa yang saya lakukan’, jadi mereka melihat Allah-nya dan bukan pelanggarannya, sekecil apapun pelanggarannya itu jika aturan Allah SWT yang dilanggarnya menurut mereka adalah besar.

“Kemaksiatan sekecil apapun bila dipandang remeh akan menjadi besar dipandangan Allah SWT”

Semoga tulisan yang sangat sederhana ini membawa kita semua tersadar untuk tidak lagi ‘meremehkan’ dosa dan kemaksiatan sekecil apapun dan segera menginggalkannya serta kembali ke jalan lurus yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

Minggu, 09 November 2008

Hadist Arbain An-Nawawiyah : Hadist 4

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
[رواه البخاري ومسلم]

**


*Terjemah Hadits / ترجمة الحديث :*
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.
(Riwayat Bukhori dan Muslim).

Hadist Arbain An-Nawawiyah : Hadist 3

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ.
رواه الترمذي ومسلم



*Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahu`anhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (Riwayat Tirmizi dan Muslim)*

Hadist Arbain An-Nawawiyah : Hadist 2

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .
[رواه مسلم]


*Arti hadits / ترجمة الحديث :*

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam) seraya berkata: " Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?", maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam : " Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu ", kemudian dia berkata: " anda benar ". Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: " Beritahukan aku tentang Iman ". Lalu beliau bersabda: " Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk ", kemudian dia berkata: " anda benar". Kemudian dia berkata lagi: " Beritahukan aku tentang ihsan ". Lalu beliau bersabda: " Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau" . Kemudian dia berkata: " Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)". Beliau bersabda: " Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata: " Beritahukan aku tentang tanda-tandanya ", beliau bersabda: " Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya ", kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: " Tahukah engkau siapa yang bertanya ?". aku berkata: " Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui ". Beliau bersabda: " Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian ".
[Riwayat Muslim]

Hadist Arbain An-Nawawiyah : Hadist 1

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .

*[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]*


Dari Amirul Mu'minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

[*Riwayat dua imam muhadditsin, Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang*]



Catatan
Mengerti tentang niat adalah 1/3 agama, karena perbuatan yang mubah akan mengandung pahala. Niat adalah merupakan amalan yang ringan dan berpahala dan tidak bisa diikuti oleh syaitan, semua amalan di goda oleh syaitan kecuali niat. Niat itu bersunggunh2 untuk mengerjaakn suatu perbuatan oleh sebab itu tidak sama dengan angan-angan. Amalan tidak ada yang sempurna, tetapi niat bisa sempurna. Amalan yang kecil bisa bernilai besar karena niatnya, dan juga sebaliknya amalan besar bisa menjadi bernilai kecil krn niatnya.

Tempatnya niat adalah di hari oleh karena itu yang tau hanya diri sendiri dan Allah. Kita menghukumi yang jelas sedang Allah menghukumi yang tidak jelas (batin), seperti hati. Niat di lisan sangatlah dianjurkan.

Syarat Niat adalah (1) Ikhlas, (2) Ada contoh dari Rasulullah SAW; jika tidak ada maka tidak sah. Tidak sempurna iman seseorang kecuali beriman dengan hatinya, dengan lisannya, dengan amalnya.

[Catatan dari Ta'lim Majlis Nurul Fajri, Pimpinan Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf]